Namaku Teddy, umur 22 tahun, tinggi 175 cm, panjang
penisku 17 cm. Aku ingin menceritakan kejadian yang mana dalam kejadian ini
saya melakukan hubungan sex dengan kakak pacarku yang bernama Desi yang berumur
23 tahun, memiliki bra berukuran 36, tinggi 170 cm, dan berat badannya 60 kg
serta pacarku Dewi yang berumur 21 tahun, tinggi 168 cm, berat 55 kg dan ukuran
bra 34 C.
Kejadian yang kualami tersebut terjadi pada hari
Minggu tanggal 20 April 2003 yang lalu. Pada waktu itu saya berniat mendatangi
rumah pacarku untuk sekalian minta jatah kepadanya dan juga karena pada malam
minggunya saya ada acara bersama keluarga. Ketika saya sampai ke rumah pacarku
di bilangan Pasar Minggu, rupanya pacarku sedang pulang kampung bersama orang
tua dan adik-adiknya ke Palembang selama 16 hari karena kakeknya meninggal
dunia dan yang ada di rumah hanya Desi (kakak perempuannya).
Setelah saya tahu bahwa pacarku tidak ada di rumah akhirnya,
aku kembali berpamitan kepada kakaknya. Namun kakaknya menganjurkan agar aku
mampir dulu ke rumah sebentar dan juga menemani dia main PS di rumah. Kebetulan
waktu itu PS-nya ada di dalam kamar Desi. Ketika saya sedang asyik main, saya
melihat ada sebuah kotak bekas pembungkus sepatu, ketika saya buka saya kaget
karena melihat isi di dalamnya rupanya terdapat alat bantu sex yang berbentuk
penis serta beberapa VCD Porno keluaran Vivid USA. Kakaknya pada waktu itu
tidak mengetahui bahwa saya telah membuka kotak mainannya dan ketika saya ambil
isinya serta saya tanyakan kepadanya..
“Apa ini Kak?”, seketika itu saya melihat ekspresi mukanya
yang langsung memerah.
“Mau tahu saja kamu anak kecil”, jawabnya.
“Kakak selama ini tidak ada pelampiasan yach selama Kak Budi (Pacarnya adalah
ABK yang sedang melaut)”.
“Achh bisa saja kamu”, jawabnya.
“Kakak mau aku bantu gak?”, tanyaku.
Tanpa menunggu jawabannya langsung saja kusergap bibir
seksinya itu sambin kumainkan payudaranya. Setelah itu pelan-pelan tanganku
menjalar masuk ke dalam bajunya, kuraba pelan perutnya sampai ke dalam BH-nya
serta aku masukkan telunjuk tanganku ke dalam roknya sambil meraba permukaan
CD-nya.
“Ted jangan Ted, aku ini kakaknya Dewi”.
“Kak Desi, aku ingin sekali ML sama Kakak, apakah Kakak nggak mau ML sama
aku?”, tanyaku.
“Aku bukannya nggak mau, tetapi aku malu sama kamu”, jawabnya.
“Buat apa Kakak malu denganku, dan juga di rumah ini gak ada orang lain yang
tahu selain kita”, jawabku.
Perlahan-lahan aku ajak dia menuju ranjangnya dan langsung
saja kudekati dan kuremas payudaranya.
“Sabar dong, Buka dulu bajumu itu” ujarnya. Kubuka seluruh
bajuku, kupeluk dan kucium bibirnya.
“Woww penismu besar sekali dan panjang lagi, lebih mantap dari punyanya Mas
Budi.”
Tanganku meremas-remas payudaranya yang montok.
“Isap doong”, pintanya”. Aku mulai menghisap.
“Achh, Terus, nikmat Ted, oh, ayo”.
Aku semakin bernafsu mendengar desahannya itu, sekitar 5
menit aku menikmati payudaranya.
“Oh, Sstt, Jilat Veggyku Ted”, Pintanya sambil gemetaran.
Bibirku langsung menjilati selangkangannya. Lidahku
menjilati veggy-nya yang super becek. Saat lubang kemaluan itu tersentuh ujung
lidahku, aku agak kaget karena lubang veggy-nya itu selain mengeluarkan aroma
mawar rasanya pun agak manis-manis legit, beda dengan veggy pacarku dan dan
teman wanitaku yang pernah aku jilat, sehingga aku betah menikmatinya.
“Ardgg, arghh, enak banget Ted, gue jadi merinding rasanya
dan kayaknya mau keluar, gue suka banget nich, dan lidah elo enak bangeet Ted”.
“Iya Kak, Teddy juga suka sekali rasanya, veggy Kakak manis banget rasanya”.
“Auu, Auu, Teedd..”
Terasa ujung lidahku disemprot oleh sedikit cairan bersamaan
dengan pantatnya yang diangkat tinggi hingga menempelkan semua permukaan
veggy-nya ke mukaku.
“Tedd, tedd, Kakak keluar tedd”, Bibir veggy-nya yang
sebelah kutarik perlahan dengan bibirku, sambil kugigit dengan lembut. Dia
benar-benar menikmatinya.
“Aduh-aduh enak banget Tedd”, Lidahku pun mengaduk-aduk lubang veggy-nya yang
sudah basah sekali.
“Tedd.. Sekarang tedd”, Segera aku naik ke atas tubuhnya, dia juga sudah siap
sekali dengan mengangkangkan lebar-lebar menunggu datangnya Teddy Junior.
Perlahan-lahan kugesek-gesek adikku di bibir veggy-nya,
sengaja tidak langsung kumasuki lubang veggy-nya, aku hanya menggesek-gesek.
Dia bertambah nafsu.
“Ted, ayo Ted, masukin Ted, Kakak butuh Ted, ayo Ted”,
Tangannya segera memegang batang juniorku dan segera dibimbingnya masuk ke
dalam lubang veggy-nya.
“Au, Ted, ujungnya gede banget Ted”, katanya ketika dia memegang ujung
juniorku.
“Ini kan yang enak Kak, jadi Kakak gak mau nich, ya sudah kalau gak mau gak
usah dimasukkin”.
“Jangan Ted, mau Ted, mau Ted, cuman takut aja sebab pacar Kakak punyanya kecil
dan pendek sekali”.
Akhirnya kumasukkan saja senjataku ke dalam veggy yang telah
merekah itu.
“Auchh, auu”, teriaknya ketika adikku mulai masuk ke dalam
memeknya, terasa seret sekali.
“Aduh, Ted, sakit, tapi enak, sakitt, enakk”.
“Sakit apa enak Kak?”
“Tahulah Ted, ada sakit sedikit dan enaknya bukan main rasanya, rasanya sampai
ke ujung mulut rahimku Ted”.
Pelan kuayun juniorku keluar masuk veggy-nya, baru beberapa
sodokan dia sudah menjerit.
“Tedd, tedd, Kakak keluar, tedd, auuhh, auuchh..”.
“Yach, baru begitu saja sudah keluar”, jawabku.
Terasa sekali kepala adikku dihisap dan dipelintir oleh
veggy-nya yang enak sekali, terasa sekali otot veggy-nya masih kencang, sambil
kutusuk terus veggy-nya, aku tetap menghisap pentil susunya yang begitu indah.
“Slrupp, slrupp..”, Terdengar setiap aku menarik dan menekan
veggy-nya.
“Kak gantian Kak, Kakak di atas yach”.
“Yach Ted, tapi ajarin yach”.
Sekarang posisiku ada di bawah, dia segera naik ke atas
perutku dan dengan segera dipegangnya juniorku sambil diarahkan ke veggy-nya.
Kulihat veggy-nya indah sekali dengan bulu-bulu pendek yang membuat rasa gatal
dan enak waktu bergesekan dengan veggy-nya.
“Auu, enak banget Kak, veggy Kakak”.
“Sekarang gantian Teddy yang Kakak bikin enak yach”, katanya sambil memutar
pantatnya yang bahenol, rasanya batang juniorku mau patah ketika diputarnya
juniorku di dalam veggy-nya dengan berputar makin lama makin cepat.
“Auu, Kak, enak bangett Kak”.
Akupun bangun sambil mulutku mencari pentil susunya, segera
kukulum dan kuhisap.
“Ted.. Ted, ini bisa bikin Kakak keluar lagi nich Ted,
rasanya mentok sekali Ted”, memang dengan posisi ini terasa sekali ujung
juniorku menyentuh peranakannya.
“Ech.. Ech”, desahnya setiap kali aku menyodok veggy-nya.
“Ted.. Ayo Ted, Kakak mau keluar lagi nich”
“Tahan Kak saya juga mau keluar nich”.
Segera kugenjot memeknya dengan cepat. Dia seperti kesurupan
setiap dia naik turun di atas juniorku yang jepit oleh veggy-nya.
“Kak, saya mau keluar Kak”.
“Ayo Ted Kakak juga mau nich”.
“Auu, Kakk”.
“Yach Tedd, Kakak juga mau keluar nich. Achh, Achh”.
Kupeluk erat dia sambil menyemprotkan semua maniku ke dalam
veggy-nya.
“Ted, aduhh enak banget Ted, teddy punya enak banget”.
“Kamu punya juga enak Kak, bodoh benar pacar Kakak meninggalkan Kakak demi
pekerjaannya di laut, belum tentu 1 tahun dia bisa pulang”.
Dia pun segera rebahan di atas badanku, kami berdua lemas,
sambil tidur di atas badanku, kuelus terus dari kepala sampai ke pantatnya
dengan lembut.
“Makasih yach Ted, Kakak sudah lama menahan nafsu”.
“Saya juga Kak”.
“Janji yach Tedd, Kakak mau lagi lho kalau kamu memintanya kepada Kakak”.
“Siip dech Kak, tapi hati-hati yach jaga rahasia kita berdua dari Dewi Kak”.
“OK, Ted”.
Selama 16 hari tersebut kami bebas melakukan hubungan seks
dengan kakak pacarku di rumahnya dan setelah itu kami melakukannya di waktu
senggang dan baik di luar maupun di hotel. Dan juga aku tidak lupa meminta
jatah kepada pacarku segera setelah dia pulang dari Palembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar