Rabu, 04 Januari 2017

Kado Istimewa Ultahku Yang Ke 17 Thn

Cerita Ini terjadi ketika aku berumur 17 tahun, kelas 2 SMU. Sudah lama sekali, tapi kesannya yang mendalam membuat aku tidak akan pernah bisa lupa. Aku bahkan bisa mengingatnya dengan detail.


Aku memanggilnya Tante Erna . Orangnya baik, supel dan enak diajak ngobrol. Wajahnya sih biasa saja, tapi menurutku manis. Yang jelas, kulitnya putih mulus dan body-nya mantap. Waktu itu usianya sekitar 30 tahun, punya 1 anak laki-laki yang masih kecil. Keluarga Tante Erna  tinggal di Surabaya. Dia sendiri tinggal di Jakarta selama 1 tahun untuk mengikuti suatu pendidikan. Selama di Jakarta, dia tinggal di rumah kami. Kebetulan rumah kami cukup besar, dan ada satu kamar kosong yang memang disediakan untuk tamu.

Sebenarnya Tante Erna  itu bukan type perempuan yang nakal. Setahuku dia termasuk perempuan baik-baik, dan rumah tangganya pun kelihatan rukun-rukun saja. Tapi yang jelas dia kesepian selama tinggal di Jakarta. Dia butuh pelampiasan sex. Kebetulan di sini boleh dibilang cuma aku cowok yang dekat dengannya. Jadi, kukira wajar kalau akhirnya affair itu terjadi. Lagipula, kukira Tante Erna  memang termasuk perempuan yang gairah sex -nya besar.Sejak peristiwa yang pertama, kami seperti ketagihan. Kami bercinta kapan saja, setiap ada kesempatan. Di kamar, di dapur, di kamar mandi, di hotel, di mana saja.cerita sex

Demi menyalurkan nafsuku yang seakan tak pernah surut pada Tante Erna , aku bahkan jadi sering bolos ataupun kabur dari sekolah, dan tanteku yang manis dan sexy itu selalu siap meladeniku. Akibatnya, tahun itu aku tidak naik kelas. Semua orang kaget, hanya Tante Erna  yang maklum. Dia bilang, walaupun aku tidak naik kelas, tapi aku “lulus” sebagai laki-laki. Harus kuakui, Tante Erna  adalah guruku yang terbaik dalam hal yang satu itu.Untungnya affair itu tidak berlanjut sampai ketahuan orang. Begitu Tante Erna  kembali ke Surabaya, boleh dibilang hubungan kami berakhir, walaupun di awal-awal sesekali kami masih melakukannya (kalau Tante Erna  datang ke Jakarta).

Aku lupa, Tante Erna  mengikuti pendidikan apa di Jakarta. Dia kursus sore hari dan pulangnya sudah agak malam, sekitar jam 8. Oleh karena itu, aku mendapat tugas menjemput naik motor. Awalnya sebel juga jadi “tukang ojek” begitu. Untung cuma 2 kali seminggu. Tapi, lama-lama aku malah senang. Kami cepat sekali menjadi akrab. Tante Erna  tidak canggung-canggung lagi memeluk pinggangku bila ia menumpang naik motor. Sesekali aku dapat merasakan tonjolan buah dadanya yang menekan empuk punggungku. Itu makanya aku jadi senang. Waktu itu terus terang aku belum punya pacar, jadi bersentuhan dengan perempuan adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagiku.

Hari itu aku berulang tahun yang ke 17. Pagi-pagi sebelum berangkat sekolah, orang tua dan adikku memberi selamat. Cuma Tante Erna  yang tidak. Aku jadi sebel. Apakah aku betul-betul cuma dianggap sebagai “tukang ojek” selama ini? Tapi ternyata dia memilih cara lain. Ketika aku sedang membereskan tas sekolahku di dalam kamar, Tante Erna  masuk. Kukira dia mau memberi ucapan selamat, tapi ternyata tidak juga. Dia bilang, seharusnya sweet seventeen dirayakan secara khusus.cerita seks

“Nggak ada uang,” jawabku asal-asalan.
Tante Erna  mengusap pipiku.
“Nanti sore kita rayain berdua,” katanya, suaranya pelan sekali.
“Tante mau kasih kado spesial buat kamu.”Aku jadi deg-degan.

Di sekolah, pikiranku ngelantur tidak karuan, ulanganku jadi jeblok banget. Aku penasaran, apa betul Tante Erna  mau memberi kado spesial. Entah kenapa, aku mulai membayangkan yang bukan-bukan.Karena tidak sabar, ketika jam istirahat aku ke telepon umum di seberang jalan. (Waktu itu belum ada HP). Di rumah cuma ada Tante Erna  dan si Mbok. Aku hampir-hampir tidak bisa ngomong waktu denger suara Tante Erna  yang merdu. Dengan lugu, akhirnya aku berterus terang bahwa aku penasaran.
“Selama ini kamu baik sekali sama Tante. Jadi, kamu boleh minta apa pun yang kamu mau.” Kata Tante Erna ,
“Kalau Tante sendiri mau kasih apa?” tanyaku.
“Ya nanti dong!”
“Nggak sabaran nih!”
“Pulang aja sekarang kalau nggak sabar. Bisa kabur, kan?”
“Tapi nanti aku ada ulangan!”
“Ya udah, terserah kamu!”Aku jadi tambah penasaran.

Obrolan di telepon membuat pikiranku bertambah jorok. Entah bagaimana, feeling-ku mengatakan bahwa Tante Erna  “naksir” aku. Maka, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung pulang saat itu juga. Kukebut motorku.Tante Erna  tersenyum ketika membukakan pintu.

“Si Mbok baruuuuu aja ke pasar!” katanya tanpa kutanya, seperti memberi isyarat bahwa situasi rumah benar-benar aman untuk kami.

Aku jadi tambah deg-degan. Pikiran jorokku bertambah. Lebih-lebih saat itu Tante Erna  mengenakan daster yang potongannya rada sexy.

“Kadonya mana?” tanyaku tidak sabar.
“Nanti dulu dong!” jawab Tante Erna .

Lalu aku disuruh menunggu di ruang duduk keluarga, sementara dia masuk ke kamar. Aku duduk di sofa sambil membuka sepatu. Tidak lama, Tante Erna  keluar kamar, tapi aku tidak melihat dia membawa kado. Sambil memandangi dia berjalan ke arahku, aku berpikir,

“Ngapain dia tadi masuk kamar?” Aku menemukan jawabannya beberapa saat kemudian, ketika kelihatan olehku
kedua puting susunya membayang di balik daster.

Rupanya di kamar tadi dia cuma membuka BH. Lalu, mana kadonya?
“Merem dong!” kata Tante Erna  sambil duduk di sebelahku.

Aku menurut, kupejamkan mataku. Jantungku semakin bergemuruh. Kurasakan kelelakianku mulai bangkit, anuku mulai mengeras. Lebih-lebih ketika kurasakan nafas Tante Erna  dekat sekali dengan mukaku. gairahhsex.com  Aku ingin membuka mata, tetapi takut. Maka aku terus memejamkan mata rapat-rapat, sampai kurasakan Tante Erna  mengecup pipiku. Lembut sekali. Kiri dan kanan.cerita mesum

“Itu kadonya?” tanyaku memberanikan diri beberapa saat kemudian. Tante Erna  tersenyum.
“Itu kado spesial dari Tante,” katanya lembut.
“Tapi kalau kamu mau yang lain, kamu boleh minta. Apapun yang kamu mau….”
“Aa…aa…aku… tidak berani…” jawabku terbata-bata.
“Padahal kamu kepingin sesuatu?” dia mendesak sambil merapatkan body-nya.

Aku semakin deg-degan. Tonjolan toketnya yang montok menekan lembut lenganku. Aku tidak berani membalas tatapan matanya.

“Bilang dong…” suara Tante Erna  semakin lembut. Wajahnya semakin dekat, aku jadi semakin tidak berani mengangkat wajah.

Sampai tiba-tiba kulihat tangannya merayap… meraba selangkanganku!Aku terkejut, bercampur malu karena ketahuan saat itu aku sudah “ngaceng”. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Tante Erna  waktu itu, karena aku tetap belum berani melihat wajahnya, tetapi yang jelas dia malah memijit-mijit tonjolan batang kemaluanku yang tentu saja jadi semakin keras.

“Tante… aku…” Aku semakin tidak enak hati, sementara nafsuku semakin tinggi.
“Vaaan, kamu udah gede sekarang….,” bisik Tante Erna .
“Udah 17 tahun, udah dewasa…”
“Maksud Tante, aku boleh….”
“Kamu boleh apapun yang kamu mau, Sayang!”Berkata begitu, Tante Erna  menerkam mulutku dengan bibirnya.

Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Erna  yang kian binal melumat-lumat mulutku, mendesak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas Tante Erna . Nampaknya Tante Erna  tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut Tante Erna  merayap turun ke bawah, menyusuri leher dan dadaku. Kemeja seragamku entah kapan dibukanya, tahu-tahu sudah teronggok di lantai.

Beberapa cupangan yang meErna galkan warna merah menghiasi leher dan dadaku. Lalu dengan liar Tante Erna  membawaku turun ke karpet, dibukanya celana panjang abu-abuku, demikian pula celana dalamku dilucutinya dengan gerakan tergesa-gesa. Aku menjadi telanjang bulat.

“Oohhh…. Ivaaan…., Tante nggak nyangka, punyamu bagus juga….” seru bergairah Tante Erna  sambil
memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulum-ngulum, sesekali dibarengi dengan menyedot-nyedot. Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremas- remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-erang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya.Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot daster Tante Erna , sehingga dia tinggal mengenakan celana dalam saja. Aku sangat terkejut saat melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Bulat, montok, masih sangat kencang walaupun dia sudah beranak satu. Nafsuku jadi semakin tidak terkendali.

Tanpa malu-malu, aku merintih-rintih sembari mengatakan bahwa aku merasa enak luar biasa. Sampai akhirnya kulihat Tante Erna  menurunkan celana dalamnya sendiri. Dia bugil di hadapanku! Aku sempat berpikir waras, kami tidak boleh melakukan semua ini! Tapi waktu itu Tante Erna  sudah menduduki kedua pahaku yang mengangkang. Kemaluannya yang berbulu rimbun tepat menempel di batang kemaluanku. Aku terlentang pasrah.

“A..a..aku… tttakut, Tante…,” kataku ketika kurasakan Tante Erna  mulai menyusup-nyusupkan batang penisku ke dalam lubang vaginanya yang basah.

Tante Erna  tidak peduli, kurasakan ujung batang penisku sudah masuk. Tapi bagaimanapun Tante Erna  mengalami kesulitan karena aku masih setengah hati.Tante Erna  menciumi mukaku. Bibirku dilumatnya kembali, lalu lidahnya menjulur-julur menjilat-jilat. Sementara itu, tangan kanannya terus berusaha menjejal-jejalkan batang penisku ke dalam lubang surgawi miliknya.

“Ivan, please..,” desahnya di telingaku.
“Kamu udah gede, kamu udah boleh, Van…”Entah bagaimana, nafsuku kembali berkobar.

Batang kemaluanku yang tadinya mulai agak kendor karena aku ketakutan, kini kembali menegang keras. Tante Erna  kegirangan, mukaku diciuminya dengan gemas. Pinggulnya bergerak-gerak sementara tangan kirinya terus menuntun batang kemaluanku memasuki vaginanya. Uhhh, nikmat luar biasa. Aku menggigit bibir. Sleeeppp… terasa batang kemaluanku melesak semakin dalam. Inci demi inci, sampai akhirnya masuk semua. Tante Erna  merintih pelan menyebut namaku,

“Ivvvaaaannnn…..”Tanteku yang manis itu mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya.

Maju, mundur, kiri, kanan, berputar-putar. Nikmatnya sungguh tidak terkatakan. Batang penisku serasa disedot dan dipelintir-pelintir. Aku belum pernah merasakan surga dunia senikmat itu, maka aku tidak tahan. Baru beberapa goyangan, tanpa dapat kucegah sedetikpun, aku “muncrat”. Air maniku menyembur- nyembur entar berapa kali, menyirami vagina Tante Erna  yang kurasakan berkedut-kedut. Itulah untuk pertama kalinya aku mencapai orgasme yang sesungguhnya, setelah sekian lama aku hanya dapat merasakannya dengan “onani” di kamar mandi.Aku tidak tahu bagaimana perasaan Tante Erna  waktu itu. Aku juga belum mengerti bahwa waktu itu dia sangat kecewa karena birahinya tidak mencapai puncak. Yang jelas, kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Perasaanku tidak karuan. Menyesal, takut, malu, campur aduk jadi satu.Tiba-tiba Tante Erna  menangis sesenggukan. Aku jadi semakin tidak enak hati. Dengan sok gentle, aku memeluk tubuhnya yang telanjang dari belakang. Aku meminta maaf dan berusaha membujuk. Tapi kata Tante Erna , dia justru malu telah menjerumuskan aku.

“Tapi aku nggak nyesel kok, Tante…,” kataku.
Tante Erna  memalingkan mukanya menatapku.
“Betul?” tanyanya.

Aku mengangguk. Entah kenapa, tahu-tahu “anu”ku berdiri lagi. Kulihat muka Tante Erna  memerah, dia pasti dapat merasakan karena batang penisku yang menegang itu menempel rapat pada pantatnya. Dia lalu membalikkan tubuhnya dan kami berpelukan. Entah siapa yang memulai, kami lalu berciuman bibir. Nafsuku berkobar-kobar lagi.Tante Erna  mengajakku masuk ke kamar. Dengan tubuh bugil, kami berangkulan menuju kamar Tante Erna  di belakang. Tiba di sana, Tante Erna  rebah duluan di atas ranjang. Aku menyusul. Dua- tiga kali Tante Erna  masih bertanya lagi, apakah betul aku tidak menyesal dan tidak menganggapnya sebagai perempuan murahan. Lalu kami berciuman bibir, lama dan penuh nafsu.

Kurasakan batang kemaluanku sudah luar biasa keras, aku siap untuk meniduri tanteku sekali lagi. Tapi kata Tante Erna , kali ini aku harus sabar. Aku harus bisa membuat Tante Erna  mencapai puncak kenikmatan seperti yang tadi kualami. Maka, dia mengajariku segala macam teknik merangsang birahi perempuan.Dimulai dari berciuman. Dia mengajariku cara-cara memainkan mulut dan lidah. Setelah kuikuti, ternyata memang lebih enak. Lalu dia menyuruhku menciumi lehernya. Aku berhasil membuat sebuah cupangan, tapi Tante Erna  lekas-lekas mengingatkan bahwa cupangan di leher akan mudah ketahuan orang. Maka, dia minta aku mencupang toketnya.

Tanpa diminta pun, aku akan dengan senang hati melakukan itu. Toketnya itu luar biasa bagus. Putih, besar, bulat, kencang dan padat. Aku mencium dan meremas-remas seperti tanpa rasa puas. Dan aku jadi tambah bernafsu karena perbuatanku itu membuat Tante Erna  menggelepar-gelepar keenakan. Dia bahkan jadi seperti tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Mulutnya mulai mengeluarkan kata-kata jorok, di tengah-tengah desahan dan rintihannya.Aku sebenarnya sudah sangat tidak sabar, ingin segera memasukkan senjataku lagi ke dalam lubang surgawi Tante Erna . Tapi Tante Erna  belum memberi isyarat untuk itu. Dia malah memintaku mencumbui selangkangannya dulu.

“Sini, Sayang…, ciumin ini Tante …,” pintanya sambil berbaring telentang dan membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.Tanpa membuang waktu lagi, aku terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Erna  yang merekah minta diterkam. Benar-benat lezat. Vagina Tante Erna  mulai kulumat-lumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluruh bagian liang vaginanya yang telah dibanjiri lendir. gairahhsex.com  Berulangkali kugelitik kelentitnya dengan ujung lidah sambil kukenyot dalam-dalam. Rambut kemaluan Tante Erna  lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Erna  yang menggairahkan ini. Tante Erna  hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat senang sekali nampaknya. Kulirik tadi, Tante Erna  terus-menerus melakukan remasan pada buah dadanya sendiri sambil sesekali memelintir puting- putingnya.

Berulang kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menarik-narik daging kelentitnya.

“Ooohhhhh, Ivvvaaannn…, enak banget, Sayaaang… Teruuss…., teruuuuussssss….. Please…, yaaaahhhhhh
“Beberapa menit kemudian, aku merayap lembut menuju perut Tante Erna , dan terus merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puting payudaranya yang kini mengeras dan membengkak. Kembali kubuat beberapa cupangan di buah dadanya. Berulang kali jemariku memilin-milin gemas puting-puting susu Tante Erna  secara bergantian, kiri dan kanan. Aku kini benar-benar tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku. Tanpa menunggu komando dari Tante Erna , aku membimbing masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.Tapi Tante Erna  masih sempat mengubah posisi. Seperti yang pertama, kembali dia berada di atas.

Ternyata itu memang disengaja oleh Tante Erna  karena posisi begitu lebih menguntungkan aku. Aku jadi lebih tahan, sebaliknya Tante Erna  akan cepat mencapai orgasme.Benar saja. Tante Erna  langsung menggenjot cepat karena rupanya dia sudah sangat keenakan dan hampir mencapai puncak. Aku menelentang saja sembari meremas-remas toket montoknya yang bergelantungan terkontal-kantil. Sesekali aku mengangkat pantat mengikuti komando Tante Erna . Tidak begitu lama, Tante Erna  mengajakku segera membalik posisi.

“Ooouhkk.. yeaaah… ayoo.. ayooo… genjot Vaaannn..!” teriak Tante Erna  saat merasakan batang kejantananku mulai menikam-nikam liar vaginanya. Dalam posisi di atas, gerakanku lebih leluasa. Aku semakin meErna katkan irama keluar masuk batang kemaluanku. Tante Erna  hanya berpegangan pada kedua tanganku yang terus meremas-remas sepasang buah dadanya. Kedua kakinya mengangkang lebar, pinggulnya terangkat-angkat seirama dengan hunjaman batang kemaluanku.

“Blesep… sleeep… blesep..!” suara senggama yang sangat indah mengiringi dengan alunan lembut. Tante Erna  mendesah, mengerang, dan merintih-rintih.Cerpen Sex

“Aaaarghh…, enak sekali, Ivaaannnn….., Tante suka kontol kamuhhh… Terus, Sayaaang…, teruuuussssss…..,
ssssshhhhhh….., aaaaarrggghhhhh….”Aku semakin bersemangat, kusodok-sodokkan batang penisku semakin kuat dan cepat.

Itulah nikmat bersetubuh yang pertama kali kurasakan. Aku masih belum bisa bertahan lama saking enaknya. Hanya beberapa menit, puncak klimaks itu kucapai dengan sangat sempurna,

“Creeet… crooot… creeet..!”Pada saat hampir bersamaan, tubuh Tante Erna  mengejang, pinggulnya terangkat tinggi-tinggi.
“Oooorrrrgghh.. sssssshhhhh… aaarrrgghhhh..,” seru Tante Erna  menggelepar-gelepar ketika menggapai puncak kenikmatannya.

“Tanteeehhh.…….”
“Oooohhhh, Ivaann…. Teken terus, Vaan, Tante masih enak…, teken terus, yaahhh…”
“Ivan kayak mimpi, Tante….,” bisikku polos.
“Hm-mm, Tante juga, mimpi di surga… Peluk Tante, Sayang…”
Selanjutnya, dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagina Tante Erna , aku jatuh tertidur. Tante Erna  juga. Kami baru terbangun ketika si Mbok pulang dari pasar.


1 komentar:

  1. How to hook a stainless steel cable to a T-shirt - Titanium Wire
    T-shirts titanium cookware will give you citizen super titanium armor extra comfort and titanium chopsticks convenience when traveling to titanium uses and from a home. We're titanium daith jewelry also adding a new USB cable that's

    BalasHapus