Rabu, 04 Januari 2017

Korban Pemerkosaan Bapak Kos Akik-Akik Sampai pinsan

Huuuh..nyebelin banget sih banget aki-aki..” ujar Jenny sambil mengunci pintu kamar kostnya. Kembali hari ini dia sebel dengan Pak Sutrisno, si bapak kostnya yang sering bersikap genit dan terkadang menjurus kurang ajar terhadap dirinya.



Kejadiannya tadi saat dia pulang kantor berpapasan dengan Pak Sutrisno yang sedang berusaha memaku sesuatu di dinding.

“Sore pak..lagi ngapain pak..?” sapa Jenny demi kesopanan.
“Eh..dek Jenny dah pulang..”sahut Sutrisno dengan mata berbinar. “Kebetulan aku mau minta tolong sebentar bisa?” Jenny yang mau buru-buru ke kamar terpaksa menghentikan langkahnya dan menoleh. “Apaan pak?” tanyanya sekenanya, kembali ia kesal melihat pandangan mata pak tua itu yang jelalatan ke arah dadanya.

“Ini loh..kamu bisa pasangin lukisan ini ga ke paku yang dah saya pasang itu, takutnya tangganya goyang banget karena berat badan saya, maklum agak gendut gini ribet jadinya” katanya sambil cengengesan dan kembali pandangan matanya menyantap kulit leher Jenny yang mulus.

”nanti saya pegangin tangganya”. Jenny sanggup dan dia menaiki tangga yang memang sudah goyang itu, gadis itu baru sadar pas naik ke pijakan kedua bahwa tangga itu memiliki jarak yang cukup lebar antara pijakannya, jadi saat kakinya naik ke pijakan kedua, dirinya yang saat ini menggunakan rok span ketat agak kesulitan dan roknya menjadi tertarik ke atas sehingga pahanya menjadi terbuka. Kejadian itu berulang lagi saat ia ke pijakan ketiga, bahkan jaraknya makin jauh sehingga pahanya makin terbuka lebih lebar. Jenny mengutuk dalam hati, saat melirik Pak Sutrisno yang dengan senyum Nakal menikmati pahanya yang jenjang dan berkulit mulus bersih itu. Melihat pemandangan indah ini, Pak Sutrisno merasa nafasnya sesak sama sesaknya dengan penisnya yang jadi menegang. 

Sungguh indah bentuk paha gadis ini dan ia dengan bebas bisa melihat dari dekat, ingin rasanya mengelus paha montok nan mulus itu, tapi ia menahan diri. Ia menyerahkan lukisan ke Jenny untuk dipasang, tapi karena nyantolinnya masih agak tinggi maka gadis itu harus memasangnya dengan mengangkat tangannya setinggi mungkin, ia tidak sadar bahwa karena gerakannya itu blusnya yang pendek ikut tertarik ke atas sehingga terlihat kulit pinggangnya yang ramping sampai ke perut di bawah dadanya. Dengan sengaja Pak Sutrisno menggoyangkan tangganya sehingga memperlama dirinya untuk bisa menikmati pemandangan pinggang berkulit mulus gadis itu. Setelah selesai terpasang, Jenny menurunkan kaki kirinya ke pijakan kedua yang ternyata tanpa sepengetahuannya telah dilonggarkan pakunya. Sambil terus menikmati paha Jenny yang terbuka kembali, Pak Sutrisno bersiap-siap.

“Eiiihh…eiihh..” Jenny menjerit kecil saat pijakannya lepas dan ia terjatuh ke belakang dan saat itu dengan sigap Pak Sutrisno menangkapnya sehingga tidak sampai terjatuh lebih parah. Merah muka gadis itu karena satu tangan yang menahan dirinya memegang tepat ke pantatnya dan sepertinya ia merasa tangan itu sedikit meremasnya. Dengan cepat ia menjauhkan badannya dari
“pelukan” Pak Sutrisno yang mengambil kesempatan itu.

“Waduh, untung sempet saya pegangin mba nya, kalo ngga bisa gawat tuh..” ujar Pak Sutrisno cengengesan yang masih menikmati hangatnya tubuh dan kenyalnya pantat Jenny tadi walau sesaat tadi.

“Mmm..iya pak, makasih..udah kan pak ya..” Ujar Jenny sambil ngeloyor pergi dengan diikuti pandangan Sutrisno yang menikmati gerakan pinggul gadis yang montok itu. “Hmmm..tunggu aja ntar ya..lo bakal kena ama gua” pikir pria tambun setengah tua ini dalam hati. Sudah banyak rencana yang kotor dan mesum darinya yang memang punya sedikit kelainan seks ini. Di dalam kamar, Jenny masih sebel sama kejadian tadi. Sudah terlalu sering ia mendapat perlakukan atau kata-kata yang menjurus mesum dari si pak tua itu, tapi ia berusaha menahan diri mengingat bahwa tempat kost ini cukup murah dengan fasilitas yang ada juga ditambah lagi dengan lokasi yang di tengah kota dan dekat ke tempat kerja atau mau ke mana saja.

 Maka ia memutuskan untuk tetap bertahan asalkan si mesum itu tidak terlalu kurang ajar. Bila ketemu pasti Jenny merasa risih dan agak ngeri ngeliat mata Sutrisno yang seperti menelanjangi sekujur tubuhnya, tapi terkadang selain ngeri dan risih gadis itu juga merasakan bangga dan senang karena kecantikan dan tubuhnya menjadi perhatian sampai seperti itu walau Sutrisno bukan levelnya untuk bisa menikmati dirinya. Beberapa kali kalau berpapasan sama Sutrisno dan berbincang- bincang, selalu saja tangannya tidak pernah diam menjamah, walau hanya menjamah pundak atau lengannya tetap saja gadis itu merasa risih karena sambil melakukan itu bapak kost itu merayu dengan kata-kata yang kampungan.

“Ahh..udahlah, ga penting juga..mendingan gua mandi” kata Jenny dalam hati Sambil berkaca ia mulai melepas satu per satu kancing blusnya dan melepasnya sehingga bagian atasnya kini hanya tertutup BH Merah Jambu yang susah payah berusaha menutupi payudara berukuran 34D itu. Dengan pinggang yang ramping, maka buah dada itu tampak sangat besar dan indah dan karena Jenny rajin ke fitness makin tampak kencang dan padat. Sungguh merupakan idaman bagi semua laki- laki di dunia bagi yang dapat menikmatinya. 

Lalu ia melanjutkan dengan melepas rok span-nya ke bawah sehingga kini tubuh yang memiliki tinggi 169cm ini hanya ditutupi bra dan cd yang berwarna senada. Body yang akan membuat laki-laki rela untuk mati agar bisa mendapatkannya, memiliki kulit putih asia dan dihiasi dengan bulu-bulu halus nan lembut. Menjanjikan kehangatan dan kenikmatan dunia tiada tara. Jenny melepas kaitan bra disusul dengan cd-nya yang segera dilemparkan ke ember tempat baju kotor. Ia memandang sejenak ke cermin, melihat payudaranya seperti “bernafas” setelah seharian dibungkus dengan bra. Gumpalan daging yang kenyal dan padat dengan puting berwarna coklat muda sungguh menggairahkan.

“Auuh…” gadis itu sedikit merintih atau tersentak saat ia memegang kedua putingnya, serasa ada aliran listrik menyengat lembut dan menimbulkan rasa sensasi geli pada kemaluannya yang tanpa sadar tangan kirinya turun ke arah vaginanya dan sedikit membelainya. Sambil senyum-senyum sendiri, gadis itu membayangkan dada telanjangnya dan membusung ini selalu menjadi sasaran remasan dari Andre pacarnya yang tidak penah bosan juga mengulum puting dan menciumi kulit payudaranya yang mulus dan harum itu.

 Tidak percuma ia setiap 3 hari sekali memberikan lulur pada tubuhnya, terutama pada payudaranya yang sampai sekarang memiliki aroma yang memabukkan walaupun dalam kondisi berkeringat. Jenny menghela nafas panjang menahan gejolak birahi yang timbul, dan sekarang ia merasa ingin dilampiaskan. Padahal baru tadi malam ia berenang di lautan asmara yang menggelora dengan pacarnya. Ia merasa dirinya selalu saja haus akan belaian pacarnya, padahal hampir setiap ketemu mereka bercumbu dengan hot dan yang suka bikin ngiler adalah mengulum penis Andre sampe bisa keluar spermanya. Kini ia membayangkan ukuran penis Andre saja udah bikin deg- degan, ga sabar untuk ketemu dan mengemut-ngemut batang kemaluan yang kokoh itu.

“Huuuh..mending gua mandi aja deh, otak gua jadi kotor nih..” Selesai mandi, sedikit terusir pikiran-pikiran tadi karena sudah tersiram air dingin.

“Loh, kok ga bisa sih nih?” Jenny sudah beberapa saat ngga bisa memutar kunci lemari bajunya, ia masih coba terus beberapa saat tapi masih ga bisa juga.

“Duh, mesti minta tolong ama pak tua itu dong” Ujarnya Untungnya masih ada baju di keranjang yang belum sempat dimasukkan ke dalam lemari. Tapi setelah memilih-milih, di keranjang baju itu hanya ada underwear 2 pasang dan baju- baju khusus tidur yang tipis dan seksi serta baju dalaman sexy seperti tanktop dan rok mini yang mininya 20 cm dari lutut. Dari pada pakai baju tidur tipis ia memilih rok mini dan tank top yang rendah belahannya. Sebelum ke Pak Sutrisno, Jenny memilih untuk makan malam dulu di ruang makan bersama, sambil makan ia menyalakan tv dan duduk di ujung sofa.

“Ehh..mba Jenny baru makan ya..bapak temenin ya, ga baik cewe seseksi kamu makan sendirian” tiba-tiba si bandot itu muncul, dan langsung menyantap paha Jenny yang disilangkan itu, sungguh mulus, lalu ia duduk di samping gadis itu.

“Ia pak..sekalian makan pak… terus sama minta tolong kok lemari baju saya ga bisa dibuka yah?” pinta Jenny sambil menggeser menjauh dan berusaha dengan sia-sia menarik turun rok mininya.

“buset tuh mataaaa…abis gua..” katanya dalam hati.
“Ooo gitu, nanti saya periksa deeeh…”
“Makasih ya pak”. Jenny buru- buru nyelesaiin makannya, saat tiba-tiba ia merasa dadanya bagian putingnya terasa gatal. Awalnya berusaha ditahan saja tapi makin lama makin meningkat rasa gatalnya, dan bukan itu saja kini ia merasakan hal yang sama pada vaginanya. Ia masih berusaha menahan tapi sudah hampir tidak kuat, duduknya jadi gelisah dan ia berusaha menggoyangkan badannya agar rasa gatal itu hilang bergesekan dengan bahan bra-nya dan ia mempererat silangan kakinya. Tapi rasa gatalnya tidak berkurang, bahkan kini seluruh daging kenyal payudaranya terasa gatal.

“Ouuuhh..” akhirnya Jenny tidak tahan dan ia menggaruk sedikit kedua payudaranya dengan tangannya, saat ia menggaruk terasa nyaman sekali karena gatalnya berkurang tapi sulit untuk berhenti menggaruk. Sambil memejamkan matanya karena keenakan menggaruk ia lupa ada Pak Sutrisno di situ.

“Kenapa kamu? Kamu kegatelan yaah?”
“Uuuhh…sssshh..ehm, i…iya pak..” terkejut Jenny karena baru ingat ada si bandot di sampingnya, tapi ia terus menggaruk makin cepat dan karena tak tahan ia menggaruk juga ke pangkal pahanya..
“Uuuuuffh..ssshh…” aliran darah Jenny berdesir cepat karena sensasi menggaruknya itu selain menghilangkan rasa gatal juga membuat birahinya tergelitik.

“per..permisi pak..uuffh..” sambil terus menggaruk ia mau bangkit dari kursi tapi rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya dia hanya terduduk kembali sambil terus menggaruk Sedetik ia melihat Sutrisno hanya menonton dengan pandangan penuh nafsu setan ke dirinya yang terus menggaruk itu. Gadis itu mengutuk karena ia memberikan tontonan gratis kepada pria tua itu tanpa dapat mencegah. Gerakannya makin cepat dan tidak karuan karena kedua tangannya hanya bisa menggaruk – menggaruk bagian dari 3 bagian tubuhnya yang terserang itu, kini rok mininya sudah tersingkap semua karena ia harus menggaruk liang kemaluannya sehingga memperlihatkan kedua pahanya yang jenjang dan berkulit putih mulus itu. Gadis itu terus merintih-rintih karena kini rasa gatalnya sepertinya tidak bisa digaruk hanya dengan garukan yang masih terhalang kaos dan bh untuk kedua payudaranya dan celana dalam tipisnya untuk vaginanya, tubuhnya serasa lemas karena rasa gatal dan birahinya yang kini membuat vaginanya menjadi basah dan ia merasa putingnya mengeras.

“Misi pak…mau ke kamar dulu niiih..uuhh..” Kata Jenny, tapi Pak Sutrisno diam saja menghalangi jalan keluarnya. Rasanya ingin marah saja tapi rasa gatal itu menghalangi rasa marahnya. Karena akhirnya ia tidak tahan dan tidak bisa mencegah lagi, dengan serabutan dan cepat ia menarik tali tank topnya kebawah dan menarik turun branya sehingga kini buah dadanya telanjang yang segera ia menggaruk dengan cepat dua gunung indah itu terutama putingnya yang kini sudah mancung dan mengeras, kakinya bergerak blingsatan karena rasa gatal pada vaginanya makin menghebat.

 Pak Mamud tertawa dalam hati, ia menikmati melihat indahnya pemandangan di depannya itu, betapa buah dada Jenny yang berbentuk bulat kencang itu tidak tertutup apapun serta baju Jenny yang sudah tidak keruan. Senang ia melihat gadis yang cantik tapi sombong ini kini tampak tidak berdaya. Rencana awal ini berhasil dengan baik, yang ternyata ia telah mengganti kunci lemari baju Jenny dan menaruh bubuk gatal pada pakaian dalam gadis itu dan sengaja memilihkan baju yang seksi tertinggal di luar lemari. Tangan Jenny masih bergerak cepat berpindah-pindah mencoba menggaruk 3 bagian tubuh, makin lama makin menghebat dan dari mulutnya meracau tidak jelas. Dengan susah ia berusaha menggaruk vaginanya secara langsung tapi ia kesulitan karena harus menggaruk putingnya.
“Saya bantu ya sayang…” tanpa disuruh ia menarik turun celana dalam tipis Jenny, sehingga sekarang terlihat

“bibir” bawah tersebut yang dihiasi bulu-bulu halus. Tampak indah sekali dan menggairahkan. “Nggeeh..jangan kurang ooouhh..”ia tidak dapat melanjutkan umpatannya karena ia menikmati garukan pada vaginanya walau ia harus berpindah lagi sambil merintih- rintih terus Ia terkejut sesaat ketika tangan Pak Sutrisno mengelus-elus pahanya, tapi ia tidak bisa memperdulikannya lagi yang penting ia harus terus menggaruk. Dengan leluasa Pak Sutrisno menjelajahi lekuk liku tubuh montok itu tanpa penolakan, kulit pahanya terasa lembut dan daging paha sintal itu terasa kenyal dan hangat dalam usapannya. Karena belaian- belaian yang dilakukannya ini membuat Jenny makin menggelinjang karena kini birahinya sudah melonjak.

“Biar ini aku yang bantu yaah..” dengan sigap jari-jari tangannya hinggap di vagina Jenny dan menggeseknya dengan liar.

“Ouuuuhh…ss..stoopp…aiiieh… iyaa…ouuhh” ngga jelas Jenny mau ngomong apa, sedetik ia tahu vaginanya sedang diobok- obok oleh orang yang dia sebel, tapi ia tidak tau dan tidak berdaya karena rasa gatal dan nafsunya yang memuncak sehingga dia tidak mampu menolak perbuatan Sutrisno. Kini ia fokus menggaruk payudaranya, tidak hanya digaruk tapi juga diremas-remas dan memuntir-muntir putingnya sendiri. Dengan leluasa Sutrisno menggesek-gesek bagian tubuh yang paling rahasia milik gadis itu. Hampir 5 menit kini liang vagina itu sudah becek dan menimbulkan bunyi kecipak karena gerakan jari-jari Sutrisno yang sudah ahli itu.

“aaahh..jgn dilepas..ohh…pak..” jerit Jenny saat tangan Sutrisno mengangkat tangannya dari vaginanya yg sudah basah itu dan malah
“cuman” mengelus- elus pahanya dan meremas pantatnya.
“Kenapa sayang..? kamu mau aku untuk terus mengobok-obok memek kamu..?” tanya Sutrisno.
“Ngeh..ngeh..iii yaaa paakk… ouufh..” diantara engahannya
“kamu yakin..??”
“uuhh…ngeh… sssh..” ia hanya mengangguk

“kamu mohon dong sama aku..paaak Sutrisno sayang, tolong obok-obok memek saya… please saya mohon” Mendengar perintah itu, sekejap Jenny merasa malu dan marah tapi segera terganti kebutuhan body-nya yang sudah terbakar birahi secara aneh itu. Ia berusaha untuk tidak mengucapkan itu dengan terus menggaruk, tapi ia tidak kuat.. “ouuh..ngeh..Pa..Pak Sutrisno sssss….sayaaang, ooh..tol..long obok…obok me…nggeh…memek sayaaaa…pleeeeease… uuuff.. saya mohoooonn…” erang Jenny. “Tentu sayang…” Lalu dengan sigap jarinya menggerayangi bibir vagina Jenny yang becek itu dan menggesek dengan cepat. Jenny melenguh penuh nikmat sambil meregangkan badannya, lalu tersentak hebat saat jari itu menusuk masuk dan menemukan klitorisnya “Haaa..ternyata disitu yaaa…” dengan ahli ia memainkan jari itu pada g-spot tsb yang mengakibatkan Jenny mendesah- desah. Gadis itu merasakan terbentuknya sensasi orgasme menanjak naik..

“Oouuhh…ja.nggaannn..” ia berusaha menahan dirinya, tapi gerakan jari Sutrisno makin menggila dan terus menggila, ia sudah hampir tidak tahan. Sambil menggigit bibirnya dan memejamkan matanya ia berusaha menahan klimaksnya, tidak mengira bahwa dirinya dapat dibuat klimaks oleh Sutrisno.

“Ouuuuuuhhhhhh…. aaaiiiieeeeeeeeeee…..” dengan teriakan panjang Jenny mencapai puncaknya dan tubuhnya menggetar keras. Cairan makin deras membahasai liang vaginanya, ia menikmati setiap detik sensasi luar biasa itu. Tubuhnya makin lemas dan pandangannya nanar. Ia tak mampu menolak saat Sutrisno menunduk dan mencium bibirnya yang tipis.

“mmmmmpphhh…..” Jenny mengerang dan sulit menolak saat lidah Sutrisno memasuki rongga mulutnya dan melilit-lilit lidahnya, bahkan tanpa sadar ia membalas ciuman itu. Sementara tangan Sutrisno masih mengocok kencang dan gadis itu merasakan kembali orgasmenya mau menyeruak lagi..apalagi saat ciuman Sutrisno berpindah mencium puting kirinya..

“Auukkh..ssttopp..ssssshh… ssshh..” tapi Jenny malah membusungkan dadanya mempermudah Sutrisno menikmati puting kerasnya. Kini rasa gatalnya sudah terganti dengan desakan nafu setan yang tidak pernah terpuaskan, tangannya yang bebas dituntun oleh Sutrisno ke penisnya di balik sarungnya.

“oouuh..bes..bessar banget ppaakk..” gumam Jenny tanpa sadar saat merasakan batang hangat yang berdenyut-denyut dalam genggamannya, ia melirik ke arah batang kemaluan Pak Sutrisno yang ternyata lebih besar dibanding milik pacarnya, pikiran nafsunya tanpa sadar membayangkan apakah ia mampu untuk mengulum penis itu dalam mulutnya atau membayangkan bagaimana rasanya bila penis itu menyerang vaginanya. Dengan birahinya yang terus membara dan terus dijaga geloranya oleh Sutrisno, Jenny dengan suka rela mengocok-ngocok penis raksasa Pak Sutrisno itu, ia sudah tidak ingat akan bencinya dia terhadap pria tua berumur 60 tahun itu. Sutrisno mulai mendesah-desah keenakan di antara kulumannya pada kedua puting Jenny.

“aaaaaaannggghhhhh… pppaaaakkhh…… aaaaaaannggghh…” Jenny mencapai klimaks sampai dua kali berturut-turut karena kocokan tangan Sutrisno, matanya makin nanar dan bibir seksinya menyeringai seperti menahan sakit.

“Sekarang kamu isep punya bapak yaa..kamu kan jago kalo sama pacar kamu”
“ouuh..ngga ma..mau..ap… aauupphhh..mmmhh..” Jenny yang lemas akibat klimaks tadi tak berdaya menolak saat Sutrisno menarik lehernya membungkuk ke arah batang “Jenny” nya, tidak memperdulikan protes Jenny yang ia tau hanya pura- pura karena sebenarnya sudah jatuh dalam genggamannya. Kini dengan dengan bibirnya yang seksi dan lidah yang hangat lembut itu mulai mengulum batang kemaluan itu.

“Oooh..enak sayaaang…kamu memang jago..sssshh…kamu suka kan..?” tanyanya “mmmmmpph… sllluurpp..mmmmmm” hanya itu yang keluar dari mulut Jenny, yang dengan semangat memainkan lidahnya menjilati dan menghisap penis Sutrisno. Aroma dan rasa dari penis laki- laki itu telah menyihirnya untuk memberikan sepongan yang paling enak.

“Bapak tau..kamu cuman cewek sombong yang sebenarnya punya jiwa murahan dan pelacur… plaakk..!!” Jenny tersentak saat pantat bulatnya ditepak oleh Sutrisno, mukanya merah dan marah tapi sebenarnya malah membuat dia makin terangsang dan makin cepat ia mem- blow job penis Sutrisno. Belum pernah ia merasakan birahinya dibangkitkan dengan cara kasar ini, tapi ia tau bahwa ia sangat menikmatinya.

“Kurang ajar nih Pak Tua” gerutunya dalam hati dan ia menggigit gemas ke penis Sutrisno yng membuatnya itu mengelinjang dan lidahnya makin cepat menyapu urat di bawah penis itu.

“Ayo..sekarang kamu naikin penis aku..” Tanpa berucap Jenny mulai menaiki ke atas tubuh tambun Sutrisno, dengan deg-degan menanti penis besar itu ia menurunkan pinggulnya dengan dibantu tangan Sutrisno yang memegang pinggangnya yang ramping.

“Ooooh..” Jenny mengerang saat ujung
“Kepala penis ” itu bersentuhan dengan bibir vaginanya dan mulai memasuki liang surga. Kembali ia mengerang menahan sedikit sakit saat baru masuk sedikit, liang vaginanya berusaha mengimbangi diameter penis Sutrisno itu.

“Enak kan sayang?”
“Hmmmmm…nggh…” Jenny hanya mengerang dan memjamkan mata menunggu penis itu membenam ke dalam vaginanya. Tapi Sutrisno hanya menggesek- gesek liang vagina Jenny itu dengan ujung kepala
“meriamnya”. Gadis itu menggoyang- goyang pinggul seksinya dan berusaha menurunkan badannya, tapi Sutrisno tetap menahan pinggulnya sehingga tetap belum dapat “menunggangi” penis Sutrisno.
“Hemmm…kenapa sayang? Udah ga sabar yaa ngerasain kontol bapak?” “Huuh?..nggeeeh… aa..paahh…” Jenny ngga tau harus ngomong apa, masih tersisa gengsi pada dirinya.

“Hehehe..masih sok alim uuh..kamu ya..? Kalo kamu mau kontol bapak, kamu harus memohon dengan mengaku diri kamu itu cuman perek murahan dan lakukan dengan seksi..” “aaahh…sssh..kenapa mes..ti gitu paakk…pleaaase…” Jenny sudah benar-benar terangsang dan tidak bisa berfikir jernih lagi, dalam pikirannya kini hanya penis Sutrisno saja. Sutrisno mendengus dan seperti hendak memindahkan tubuh Jenny di atasanya, merasa perbuatan itu.

“Oouuh ooke..okeeh paaak… ngeh, tega bgt sih bapak…oouf paak, tolong masukin kontol ba..ngeehh..bapak ke memekku paak, kentotin sayaaa ooh paakk… akkuu..memang cewe murahan yang sok suci..nggeh..pleease..paakk..akuuu mohooon…” pinta Jenny memelas sambil meremas-remas kedua payudaranya.

“Hehehehe…kamu tergila- gila ya sama kontol  bapak..”
“Iyaa ppaakkh… please..aku ga tahaaan paakk…”
“Kontol pacar kamu ga ada apa- apanya kan?”
“oouuh..jauuh pakkk..punya bapak lebih hebaat dan enaaaakk”

“Hehehe..good…ini dia hadiahnya..” Sutrisno lalu menarik ke atas tubuh Jenny dan menurunkannya kembali, dengan diiringi erangan Jenny merasakan penis itu makin dalam masuknya dan sulit ia menahan diri untuk tidak klimaks yang keempat kalinya. Jenny kembali menaikkan badannya dan menurunkan kembali sehingga sudah ¾ penis itu diemut vaginanya. Gerakannya diulangi berkali-kali, awalnya perlahan tapi makin lama makin cepat karena vaginanya sudah bisa

“menerima” penis berukuran di atas rata-rata itu. Gadis itu sudah benar-benar dikuasai nafsu birahinya dan ia merasa terbang ke awang-awang merasakan gesekan-gesekan penis Sutrisno dengan dinding vaginanya. Tidak sampai 5 menit Jenny sudah merasakan akan keluar lagi.

“Ouuh..gilaaa..paaakkh.. oouuuhhhhhhhhh..” Jenny mencapai klimaksnya lagi dan ia terus bergerak naik turun menunggangi penis yang masih perkasa itu. Buah dadanya yang besar menggantung itu bergerak naik turun mengikuti irama gerakan badannya, dengan nikmat Sutrisno meraup gumpalan daging kenyal itu dan meremas- remasnya dengan gemas. Dengan liar ia terus menunggangi penis itu, diiring dengan bunyi

“plok..plok..plok..plok..” yang makin cepat akibat beradunya badan Jenny dengan perut buncit tubuh Sutrisno. Hampir 15 menit Jenny menikmati permainan penis itu, dalam periode itu Jenny sudah mencapai orgasme sampai 4x lagi, ia tidak dapat menahan untuk tidak melenguh dan berteriak nikmat. Pikirannya sulit untuk fokus bahwa ia telah dibuat klimaks oleh seorang laki- laki yang pantas jadi ayahnya. Ia merasa lemah sekali akan nafsu yang menguasainya, tapi sungguh terasa nikmat sekali yang tidak mampu ditolaknya. Sutrisno juga sudah hampir mencapai puncaknya, penisnya telah mengeras sampai maksimal dah hal ini juga dirasakan oleh Jenny, ia mempercepat gerakan naik turunnya yang menyebabkan buah dada montoknya bouncing naik turun makin cepat.

“Uuuaaahh… gilaaaaa… ooouuuhhh…” akhirnya Sutrisno tidak dpt menahan lagi, spermanya muncrat seiring dengan klimaksnya yang ternyata berbarengan dengan klimaks yang sangat kuat dari Jenny. Sutrisno merasakan dinding vagina Jenny yang hangat itu bergetar menambah kenikmatan klimaksnya. Dengan lunglai Jenny turun dari tunggangannya dan rebah di samping Pak Sutrisno yang juga masih merem melek habis menikmati tubuh gadis cantik dan sexy itu.

“Kamu memang hebat hebat cantik…”

“Cukup pak..ngeh, aku ga tau kenapa bisa kaya gini tadi..ini harusnya gak terjadi, cukup sekali ini terjadi” Jenny yang sudah mulai jernih pikirannya, ia kini sangat menyesali bahwa ia menyerahkan dirinya secara sukarela kepada Sutrisno. Ia memutuskan untuk pindah kost dan kejadian tadi harus dikubur dalam-dalam, tidak boleh ada yang tahu. Melihat Jenny yang mulai membereskan bajunya dan hendak pergi, Sutrisno bergerak cepat. Ia memegang leher belakang Jenny yang sedang membungkuk hendak mengambil cdnya lalu dengan cepat membenturkannya ke meja kayu yang ada di depan mereka duduk.

“uuuugghhh….” kerasnya benturan itu membuat ia setengah pingsan.

“hehehe..ga secepat itu sayang..kamu akan jadi milikku..” Sutrisno lalu menarik tangan Jenny dan gadis itu pasrah saja dibawa dengan setengah sadar masuk ke kamar Sutrisno. Lalu setelah melepas sisa bajunya, ia merebahkan tubuh telanjang yang masih lemas itu ke atas ranjangnya. Lalu ia mengikat kedua pegelangan kaki dan pergelangan tangan Jenny ke ujung ranjang besi, sehingga kini tubuh telanjangnya itu dalam posisi kaki yang mengangkang lebar.

“uuuh..apa-apaan inih…lepasin paak…”dengan suara masih serak dan lemah Jenny berontak dengan percuma, ia mulai takut apa yang hendak dilakukan. Melihat posisi dan kondisi Jenny yang menggairahkan itu, Sutrisno tidak tahan lagi ia membungkuk lalu menciumi payudara montok dan memainkan lidahnya mengecupi puting Jenny yang sebentar saja langsung mengeras.

“Ouuh..pak..! lepasin saya pak… kalo ngga sa…aauupphh… mmbbllllmmmmm…” Jenny tidak dapat melanjuntukan omongannya karena ditutup lakban oleh Sutrisno. Kini kesadaran Jenny sudah mulai pulih, ia masih terus berusaha memberontak untuk melepaskan ikatan kaki dan tangannya tapi ikatan itu sungguh kuat. Ia mulai takut karena kini ia tidak berdaya dan berada dlm kekuasaan Sutrisno. Pandangan matanya mengikuti Sutrisno seperti mata kelinci yang sedang ketakutan melihat serigala yang akan memangsa, dan air matanya mulai meleleh di pipinya.

“Eeeiih..kenapa nangis cantik? Aku paling ga suka liat cewe nangis…tapi sekarang kita liat film dulu ya…”ujar Sutrisno sambil memasang kabel menghubungkan dari handycam ke tv. Lalu ia mulai menyetelnya. Mata Jenny terbelalak kaget saat melihat tayangan video di layar tv, jantungnya serasa akan copot dan kepalanya tiba- tiba pusing mendadak melihat adegan per adegan dari video itu. Ternyata kejadian di sofa ruang tengah tadi semuanya direkam oleh Sutrisno dari tempat tersembunyi, terlihat jelas saat ia melihat dirinya mulai merasakan gatal yang menyerang, mulai mencopoti bajunya dan sampai kejadian dia berhubungan sex dengan Sutrisno. Perasaannya makin hancur saat ternyata Sutrisno tidak hanya merekam dari 1 sudut saja, terdapat 4 handicam tersembunyi yang merekam seluruh kejadian. 

Bahkan saat ia memohon kepada Sutrisno untuk mengobok- obok vaginanya dan pengakuan dia sebagai cewek murahan juga terdengar jelas. Wajah gadis yang cantik itu jadi pucat dan tubuhnya bergetar, ia sudah menduga apa yang akan diminta oleh Sutrisno dengan adanya video itu. Perasaannya geram, marah, benci, takut dan lain-lain bercampur aduk, kini ia hanya dapat menangis. Terlihat jelas bagaimana wajahnya menunjukkan dirinya menikmati setiap detik permainan panas itu dengan aki-aki tambun yang sudah tua.

“Percuma kau menangis..kini kamu akan merasakan akibatnya karena selama ini menjadi cewek sombong yang sok suci. Bapak tau apa yang kamu lakukan sama pacar kamu selama ini, nah..sekarang kamu harus nurut apa yang bapak mau, kalo ngga bapak jamin film ini akan nyebar kemana-mana, kamu ngerti…??” tegas Sutrisno. Jenny hanya mengangguk lemah dengan pandangan sayu.

“Sekarang yang aku minta kamu tidak boleh nangis selama kamu melayani saya..bisa..?? kalo tetap nangis kamu akan terima hukuman yang berat..” Kembali Jenny hanya mengangguk dan berusaha menahan air matanya. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa akan ada jalan keluar nantinya. Tanpa sadar ia membayangkan kejadian tadi, dan ia teringat akan ukuran penis Pak Sutrisno yang memang di atas rata-rata. Dengan pikiran itu tanpa dapat dicegah terasa desiran-desiran halus di perutnya dan ia merasa putingnya agak mengeras.

“Sayang…yang punya penis si Sutrisno  itu..” pikirnya. Jenny melotot kaget saat Sutrisno mengambil sesuatu dari lemari yang ternyata merupakan dildo vibrator yang berukuran panjang. Sutrisno kini duduk di ranjang di dekat kakinya yang ngangkang itu, memperlihatkan vaginanya yang terbuka menantang, lalu ia mengusap dengan tangannya yang mengakibatkan Jenny terhentak.

“Kayanya udah basah nih..udah siap yah..” goda Sutrisno, lalu ia membungkuk dan wajahnya kini sudah di depan liang surga milik gadis cantik itu, tiba-tiba Jenny menggelinjang saat lidah Sutrisno menciumi dan menjilati vaginanya. Untuk beberapa saat Jenny menggelinjang-gelinjang, nafasnya kembali memburu dan pandangan matanya sayu. “Ngggeehhhhhhhh…!” Jenny menjerit dengan mulutnya yang tertutup lakban, saat Sutrisno memasukkan dildo ke dalam lubang kemaluannya yang sudah basah dan ngilu itu dan terus mengerang karena dildonya makin dalam ditusukkannya. 

Kembali ia menggelinjang hebat saat Sutrisno menyalakan vibartornyanya. Terasa sakit, tapi setelah beberapa menit rasa sakit itu berangsur-angsur menghilang tergantikan dengan sensasi kenikmatan yang belum pernah ia rasakan atau pernah ia bayangkan. Kini erangannya terdengar seperti rintihan kenikmatan diiringi dengusan nafasnya yang memburu. Jenny melenguh panjang dan pelan, merasakan tubuhnya makin panas dan terangsang. Rasa menggelitik di perut bag bawah makin menggila dan menggelora. Dengan rasa malu dan kaget, ia mencapai klimaksnya dengan sensasi yang luar biasa..”

“nngggggghhhhh… mmmmmmmmmmhhhhh…..!!!!” Tubuh montoknya menegang sesaat ketika klimaksnya menyerang, pandangan matanya makin sayu. Tapi dildo itu tetap bergetar seperti mengoyak- ngoyak bag dalam vaginanya, dan rasa nikmat kembali dirasakan makin meningkat, nafasnya memburu dan kini pikirannya sudah tidak terkontrol, nafsu birahinya terus membara karena dildo itu.

“Naah..kamu seneng aja ya ditemenin ama dildo bapak ya… tenang aja, getarannya akan makin keras kok udah saya setting dan bapak colokin ke listrik..hehehe..bapak mau bikin back up untuk film kamu tadi ya..” kata Sutrisno, ia hanya ketawa melihat Jenny memandangnya dengan tubuh telanjangnya yang menggeliat- geliat, tubuh montok yang tampak berkilat karena keringat. 

Sutrisno makin tertawa karena Jenny mengerang lagi karena telah orgasme untuk kesekian kalinya, lalu ia meninggalkan Jenny yang terus mengerang- erang karena getaran dildo itu. Tidak terhitung berapa kali Jenny dipaksa untuk orgasme, tubuhnya mengkilat karena basah oleh peluhnya, gadis itu merasa lemas sekali tapi dildo yang menancap di vaginanya memaksa dia untuk terus dirangsang. Akhirnya karena tidak kuat lagi, gadis malang itu jatuh pingsan.

Demi Nilai Ujian Kurela Tempik’ku Disodok Pak Sentot !!

Aku bermaksud meminta tugas-tugas tambahan untuk mendongkrak nilaiku. Tapi Pak Sentot menolaknya dan menawarkan les privat seminggu dua kali di rumahnya. Aku langsung menyetujuinya tanpa berpikiran apa-apa. “Ok, nanti sore kamu ke rumah saya jam 4,” ujar Pak Gatot dengan nada memerintah. “Baik Pak, saya bisa, terima kasih,” jawabku sambil pamit pulang.


Tepat jam 4 aku tiba di rumah Pak Sentot, Sore itu aku memakai pakaian kemeja berkancing yang agak kebesaran, untuk menutupi menonjolnya payudaraku, serta celana jins yg tidak terlalu ketat, tentu tak lupa juga BH dan celana dalam. Sementara Pak Sentot tampak santai, memakai kaos berlengan dan celana panjang biasa. Pak Sentot langsung duduk di sebelahku, dan menjelaskan kondisiku. Dengan jebloknya nilai ulangan-ulanganku, mulai sekarang aku harus berusaha sangat keras supaya bisa lulus. “Kamu mengerti situasimu kan?” tanya Pak Gatot.

Sudah lama Bapak ingin merasakan memek mu yang wangi, tidak disangka hari ini kamu menyerahkan diri,” ujarnya sambil tertawa keras selagi tetap memegangi mulut dan kedua tanganku. “Kamu nggak usah macam-macam, layani saja Bapak, maka kamu nggak perlu mengkhawatirkan nilai-nilaimu yang jeblok itu. Kalo sampai kamu menjerit atau berontak terlalu keras, maka Bapak jamin kamu tidak akan lulus, ok?” tambahnya lagi.

Saat itu aku sungguh-sungguh tidak tahu harus berbuat apa karena belum pernah menghadapi situasi seperti ini dalam hidupku. Tiba-tiba Pak Sentot dengan cepat melepas kacamataku dan menaruhnya di meja sebelah. Kemudian tangan kirinya menarik rambutku dan menciumi bibirku yang mungil dengan kasar, sementara tangan kanannya meremas-remas payudaraku yang sebelah kiri dengan gemasnya sehingga kemejaku mulai awut-awutan. Karena kedua tanganku sudah tidak dipegangi lagi, sempat terlintas di pikiranku untuk memukuli Pak Sentot, namun ancaman tidak lulus membuatku sangat takut dan tidak berani melakukannya. Aku hanya berusaha melepaskan diri namun sia-sia saja.

Kemudian Pak Sentot melepaskan ciumannya, dan kedua tangannya dengan segera memreteli kancing kemejaku satu-persatu. Aku mulai menangis dan memohon untuk dilepaskan, tapi Pak Sentot tidak menghiraukan. Dengan kasar ia menyingkirkan kemejaku dan melemparkannya ke lantai. Setelah itu Pak Sentot dengan paksa melucuti celana jinsku. Tubuhku hanya tertutupi BH dan celana dalam saja, buah dadaku yang berukuran 38C terlihat sangat menonjol. Sekali lagi aku diterkamnya sehingga hanya bisa berbaring pasrah di sofa yang besar dan empuk itu. Pak Sentot kembali menciumi bibirku sementara kedua tangannya dengan ganas meremas-remas buah dadaku.

Sentot Kemudian Pak Sentot menyuruhku menurunkan CD-nya sampai kedua kakinya, sehingga kami berdua sama-sama telanjang bulat. Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan Pak Sentot mengambil posisi di antaranya sambil memegangi senjatanya. “Pak, pelan-pelan ya? Punya Bapak besar sekali. Saya agak takut,” kataku saat itu. “Ha.. ha.. ha.. nggak usah takut, pokoknya kamu pasti seneng,” jawabnya. Pak Sentot juga memberitahuku nggak usah khawatir hamil, karena nantinya ia tidak akan mengeluarkan air maninya di memekku. “Biar kayak di BF-BF itu Vicki,” katanya. Aku yang berbaring telentang menjawab dengan kepalaku, yang dialasi bantal empuk, mengangguk-angguk. Aku menahan nafas saat Pak Sentot mulai memasukkan kontolnya ke arah memekku yang sudah basah sedari tadi. “Oh.. Pak..” jeritku kecil. Rasanya bener-bener nikmat meski mungkin baru ujung kontol Pak Sentot saja yang terbenam di memekku. Kulihat Pak Sentot mulai memompa dan memegangi kontolnya keluar masuk dari memekku sehingga menggesek-gesek klitorisku yang makin basah. Aku sungguh-sungguh terbuai, dan kemudian dengan sekali sentakan kulihat separuh kontol Pak Sentot masuk ke memekku. “Oh.. Pak Sentot ..” desahku dengan nafas berat.

Kemudian Pak Sentot mengarahkan kedua tangannya ke arah gunung kembarku dan mulai meremas-remas dengan agak kasar, sambil memaju mundurkan kontolnya keluar masuk memekku. “Oh Pak Sentot ..” Aku sudah benar-benar lupa diri, yang ada di pikiranku saat itu hanyalah kenikmatan liar ini. Kombinasi dari gesekan-gesekan kontol Pak Sentot di memek dan klitorisku serta remasan-remasan kasar telapak tangannya di buah dadaku yang amat sensitif membuatku menjerit dan mendesah tidak karuan dengan liarnya.

Pak Sentot mulai memompa kontolnya dengan lebih cepat. Sambil tangannya bertumpu dengan meremas-remas buah dadaku, Pak Sentot bergerak maju mundur sangat cepat dan kuat. Pandangan penuh nafsu Pak Sentot di wajahku kubalas dengan reaksi serupa. Mungkin karena basahnya memekku, kulihat saat itu Pak Sentot bisa memasukkan seluruh kontolnya pada setiap sentakan. Kami berdua sudah sama-sama mandi keringat, apalagi urat-urat dan otot-otot di sekujur tubuh Pak Sentot jelas terlihat. Hanya suara desahan dan lenguhan liar bagaikan binatang dari kami berdua yang terdengar di kamar.

Akhirnya aku tidak tahan lagi, orgasmeku yang kedua datang. Aku menjerit sangat keras, dan Pak Sentot justru tambah mempercepat dan memperkuat gerakan serta remasannya. Tubuh mungilku terguncang hebat, sekali lagi dalam cengkeraman Pak Sentot. Kemudian dipeluknya tubuhku, kubalas pula dengan erat sehingga terasa keringat kami berdua saling bercampur. Pak Sentot tidak pernah berhenti memompa kontolnya saat orgasmeku yang kedua itu berlangsung. Setelah klimaksku selesai beberapa saat kemudian, tubuhku tergolek lemas dalam posisi saling memeluk, sungguh kontras sekali perbedaan warna dari tubuh kami. Memekku dan kontol Pak Sentot yang terbenam seluruhnya terasa sangat basah dan aku kesulitan mengatur nafasku di bawah tindihan tubuh Pak Sentot.

“Asyik sekali kamu Vicki,” ujar Pak Sentot sambil tersenyum ke wajahku. Kubalas lemah senyumannya sambil merasakan kenikmatan ini. Kuberanikan berbisik lemah, “Bapak kok belum keluar?” Sambil tertawa-tawa, Pak Sentot menjawab, “Kan sudah Bapak bilang nggak mungkin tak keluarin di memek kamu. Bapak sudah kepikiran tak keluarin pejuh Bapak di bagian tubuh kamu yang lain.” “Di mana Pak?” tanyaku. Pak Sentot hanya membalas dengan senyuman sambil melepaskan pelukannya dan bangkit dari atas tubuhku dan kemudian mengambil posisi duduk berjongkok di perutku.

Campuran keringat dan cairan memekku membuat Pak Sentot dengan mudah menggerakan kontolnya di sepanjang belahan dadaku. Aku tidak pernah berhenti memijat, meremas, dan menjepit payudaraku sehingga kulihat mata Pak Sentot merem melek. “Oh Vicki sayang..!” jerit Pak Sentot sesekali. Gerakan Pak Sentot makin lama makin cepat, sementara aku juga menguatkan pijatan dan remasan. Karena payudaraku yang amat sensitif merasakan kerasnya kontol Pak Sentot, kurasakan ledakan-ledakan kecil di memekku. Aku juga sering mendesah-desah tidak karuan.

Kuperhatikan dorongan kontol besar Pak Sentot membuat ujungnya makin lama makin dekat ke daguku, kurasakan pula buah zakarnya bertabrakan dengan pangkal payudaraku dalam setiap dorongan yang dilakukannya. Dengan beralaskan bantal, kumajukan mulutku dan mulai memberikan jilatan-jilatan cepat liar setiap kali kepala kontol Pak Sentot mendekat. Sekilas kulihat mata Pak Sentot terbelalak dengan keagresifanku ini. “Kamu makin liar aja Vicki, Bapak bener-bener nggak tahan!” desahnya.

Dengan terampil kuberikan kenikmatan pada Pak Sentot, jilatan-jilatan lidahku pada ujung kontolnya serta remasan-remasan payudaraku menggesek kontolnya. Aku betul-betul ingin membalas semua kenikmatan yang sebelumnya diberikan Pak Sentot terhadapku, tidak peduli lagi status dan perbedaan usia kami. Gerakan dan ekspresi kami sudah seperti sepasang kekasih yang tidak mampu lagi menahan nafsunya atau mungkin layaknya dua bintang film porno. “Oh Vicki sayang!” Pak Sentot akhirnya menjerit keras dan menghentikan gerakannya. Kontol Pak Sentot masih terjepit di antara buah dadaku dan ujungnya persis dekat di depan bibirku yang sedikit menganga. Bersamaan dengan itu, air mani atau pejuh dari kontol Pak Sentot muncrat! Tembakan-tembakan deras pejuh Pak Sentot membasahi dan lengket di sebagian besar wajah dan bibirku.


Terbaru Mertuaku Yang Binal Banget !!

Kenalkan, aku Panji Anugerah (nama samaran). Seorang pria berusia 37 tahun, menikah, dengan seorang wanita yang sangat cantik dan molek. Aku dikaruniai Tuhan 2 orang anak yang lucu-lucu. Rumah tanggaku bahagia dan makmur, walapun kami tidak hidup berlimpah materi.


 Boleh dibilang sejak SMA aku adalah pria idaman wanita. Bukan karena fisikku yang atletis ini saja, tapi juga karena kemampuanku yang hebat (tanpa bermaksud sombong) dalam bidang olahraga (basket dan voli, serta bulu tangkis), seni (aku mahir piano dan seruling) dan juga pelajaran (aku menduduki peringkat ketiga sebagai pelajar terbaik di SMAku). Bedanya waktu di SMA dahulu, aku tidak terlalu tertarik dengan hal-hal seperti seks dan wanita, karena saat itu konsenterasiku lebih terfokus pada masalah akademisku.

Bakat playboyku mulai muncul setelah aku menjadi seorang kepala rumah tangga. Aku mulai menyadari daya tarikku sebagai seorang pria normal dan seorang pejantan tangguh. Sejak diangkat sebagai kabag bagian pemasaran inilah, pikiran-pikiran kotor mulai singgah di otakku. Apalagi aku juga hobi menonton film-film biru.

Wanita lain yang sempat hadir dihatiku adalah Maya. Dia adalah rekan kerjaku, sesama pegawai tapi dari jurusan berbeda, Accounting. Dia berasal dari Surakarta, tinggal di Bandung sudah lama. Kami sempat menjalin hubungan gelap setahun setelah aku menikah dengan Lilis, istriku. Hubungan kami tidak sampai melakukan hal-hal yang menjurus kepada aktivitas seksual. Hubungan kami hanya berlangsung selama 6 bulan, karena dia pindah ke lain kota dan dinikahkan dengan orang tuanya dengan pria pilihan mereka. Dasar nasib!!! Niatku berpoligami hancur sudah. Padahal aku sudah berniat menjadikannya istri keduaku, walau istri pertamaku suka atau tidak. Karena frustasi, untuk beberapa bulan hidupku terasa hampa. Untungnya sikapku ini tidak bertahan lama, karena di tahun yang sama aku berkenalan dengan seorang teman yang mengajariku gaya hidup sehat, bodybuilding.

Saat itu, sekitar tahun 1998, yang namanya olahraga fitness, bukanlah suatu trend seperti sekarang. Peminatnya masih sedikit. Gym-gympun masih jarang. Sejujurnya aku malas berbodybuilding seperti yang dilakukan temanku itu. Apalagi saat itu sedang panas-panasnya isu politik dan kerusuhan sosial. Belum lagi adanya krismon yang benar-benar merusak perekonomian Indonesia. Untungnya perusahaan tempatku bekerja cukup kuat bertahan badai akibat krismon, hingga aku tidak turut diPHK. Namun temanku yang sangat baik itu terus memotivasiku, hingga tak sampai 3 bulan, aku yang tadinya hanya seorang pria berpostur biasa-biasa saja-walaupun aku bertubuh atletis, menjadi seorang atlet bodybuilding baru yang cukup berprestasi di kejuaraan-kejuaraan daerah maupun nasional. Hebatnya lagi kantorku dan seluruh keluargaku ikut mendukung semua aktivitasku itu. Kata mereka ”kantor kita punya Ade Rai baru, hingga kita tidak perlu satpam atau bodyguard baru” suatu anekdot yang sudah menjadi santapanku berhari-hari.

Semakin berlalunya waktu, aktivitas bodybuilderku kukurangi. Apalagi aku sudah diangkat menjadi kabag pemasaran sekarang, di mana keuntungan mulai berpihak pada perusahaan tempatku bekerja. Aku mulai bertambah sibuk sekarang. Namun untuk menjaga fisikku agar tetap bugar dan prima, aku tetap rutin basket, voli, dan bersepeda. Hanya 2 kali seminggu aku pergi ke tempat fitness. Hasilnya tubuhku tetap kelihatan atletis dan berotot, namun tidak sebagus ketika aku menjadi atlet bodybuilding dadakan.

Sewaktu aku menjadi atlet bodybuilding, banyak wanita melirikku. Beberapa di antaranya mengajakku berkencan. Tapi karena saat itu aku sedang asyik menekuni olahraga ini, tanggapan dan godaan mereka tidak kutanggapi. Salah satu yang suka menggodaku adalah Mia. Dia adalah puteri tetangga mertuaku. Baru saja lulus SMA, dan dia akan melanjutkannya ke sebuah PTn terkenal di kota Bandung. Gadis itu suka menggoda di setiap mimpiku dan bayangannya selalu menghiasi pikiranku saat aku menyetubuhi istriku. Kisahku dengan Mia akan kuceritakan lain waktu.

Seperti biasanya, aku bangun pagi. Pagi itu aku bangun pukul 04.30 pagi. Setelah cuci muka, aku mulai berganti pakaian. Aku akan melakukan olahraga pagi. Udara pagi yang sehat memang selalu memotivasiku untuk jogging keliling kompleks perumahanku. Dengan cuek aku memakai baju olahraga yang cukup ketat dan pas sekali ukurannya di tubuh machoku ini. Kemudian aku mengenakan celana boxer yang juga ikut mencetak pantatku yang seperti dipahat ini. Aku sengaja bersikap demikian demi mewujudkan impianku, menggoda Mia dengan keindahan tubuhku. Menurut kabar, dia juga suka jogging. Niatku bersenang-senang dengan Mia memang sudah lama kupendam. Namun selama ini gadis itu selalu membuatku gemas dan penasaran. Dia seperti layangan yang diterbangkan angin, didekati menjauh, dijauhi mendekat. 

Tak berapa lama jogging, tubuhku pun sudah mulai keringatan. Peluh yang membasahi kaus olahragaku, membuat tubuh kokoh ini tercetak dengan jelas. Aku membayangkan Mia akan terangsang melihatku. Tetapi sialnya, pagi itu tidak ada tanda-tanda Mia sedang berjogging. Tidak kelihatan pula tetanggaku lainnya yang biasa berjogging bersama. Padahal aku sudah berjogging sekitar 30 menit. Saat itu aku baru sadar, aku bangun terlalu pagi. Padahal biasanya aku jogging jam 06.00 ke atas. Dengan perasaan kecewa aku balik ke rumah mertuaku. Dari depan rumah itu tampak sepi. Aku maklum, penghuninya masih tertidur lelap. Tadi pun saat aku bangun, tidak terdengar komentar istriku karena dia sedang terlelap tidur setelah semalaman dia menemani anakku bermain playstation. Saat aku berjalan ke arah dapur untuk minum, aku melihat ibu mertuaku yang seksi itu sedang mandi. Tampaknya dia sudah bangun ketika aku berjogging tadi.

Kamar mandi di rumah mertuaku memang bersebelah-sebelahan dengan dapurnya. Setiap kali anda ingin minum, anda harus melewati kamar mandi itu. Seperti disengaja, pintu kamar mandi itu dibiarkan sedikit terbuka, hingga aku bisa melihat bagian belakang tubuh molek mertuaku yang menggairahkan itu dengan jelas. Mertuaku walaupun usianya sudah kepala 4, tapi masih kelihatan seksi dan molek, karena dia sangat rajin merawat tubuhnya. Dia rajin senam, aerobik, body language, minum jamu, ikut diet sehat, sehingga tak heran tubuhnya tidak kalah dengan tubuh wanita muda usia 30-an.

Melihat pemandangan syur itu, kontan batangku mengeras. Batang besar, panjang, dan keras itu ingin merasakan lubang hangat yang nikmat, basah, dan lembab. Batang itu juga ingin diremas-remas, dikulum, dan memuncratkan pelurunya di lubang yang lebih sempit lagi. Sambil meremas-remas batangku yang sudah mulai tegak sempurna ini, kuperhatikan terus aktivitas mandi mertuaku itu. Akhirnya timbul niatku untuk menggaulinya. Setelah menimbang-nimbang untung atau ruginya, aku pun memutuskan nekat untuk ikut bergabung bersama ibu mertuaku, mandi bersama. Kupeluk dia dari belakang, sembari tanganku menggerayang liar di tubuh mulusnya. Meraba mulai dari leher sampai kemaluannya. Awalnya ibu mertuaku kaget, tetapi setelah tahu aku yang masuk, wajah cantiknya langsung tersenyum nakal.

”Panji, nakal kamu” katanya sambil balas memelukku. Dia berbalik, langsung mencium mulutku. Tak lama kami sudah berpagut, saling cium, raba, dan remas tubuh masing-masing. Dengan tergesa kubuka bajuku dibantu mertuaku hingga aku sudah bertelanjang bulat. Batangku pun mengacung tegang, besar, dan gagah.

Kami pun melakukan pemanasan sekitar 10 menit dengan permainan oral yang nikmat di batangku, sebelum kemaluannya kutusuk dengan batangku. Permainan birahi itu berlangsung seru. Aku menyetubuhinya dalam posisi doggy style. Aku merabai payudaranya yang kencang itu, meremas-remasnya, mempermainkan putingnya yang sudah mengeras. 30 menit berlalu, ibu mertuaku sudah sampai pada puncaknya sebanyak 2 kali. 1 kali dalam posisi doggy, 1 kali lagi dalam posisi berhadap-hadapan di dinding kamar mandi. Namun sayangnya, batangku masih saja mengeras. Aku panik karenanya. Aku khawatir jika batangku ini masih saja bangun sementara hari sudah mulai pagi. Aku khawatir kami akan dipergoki istriku. Rupanya mertuaku mengerti kepanikanku itu. Dia kembali mengoral batangku yang masih bugar dan perkasa ini, lalu dia berbisik mesra,

”Jangan khawatir panji sayang, waktunya masih lama” katanya nakal.
Aku bingung mendengar ucapannya, tapi kubiarkan aktivitasnya itu sambil terus mendesah-desah nikmat. Tiba-tiba ibu mertuaku menghentikan perbuatannya itu. Dia langsung berdiri. Melihat itu, aku pun protes,

”Lho, bu, aku khan belum keluar?” suaraku parau, penuh birahi.
”Sabar sayang, kita lanjut di kamarku saja yuk” katanya mesra.

Aku pun tambah bingung. ”Tapi khan ada bapak?” suaraku masih saja parau, karena birahi.


”Tenang saja, bapakmu itu sudah pergi tak lama setelah kamu jogging tadi, dia ada tugas ke Jawa” sahut ibu mertuaku sambil mengemasi pakaian olahragaku yang tercecer di kamar mandi dan kemudian menggandengku ke arah kamarnya. Begitu sampai di kamarnya, aku disuruhnya telentang di ranjang, sementara dia mengelap sisa-sisa air, keringat, dan sabun di tubuhnya dengan handuk kering yang sudah ada di kamarnya. Lalu dia melakukan hal yang sama padaku. Setelah itu dia langsung saja mengambil posisi 69, mulai mengoral batangku kembali. Tak lama nafsuku pun bangkit kembali. Kali ini aku bertekad akan membuat mertuaku keluar sampai tiga kali. Aku memang khawatir hubunganku di pagi ini akan ketahuan istriku, tapi persetanlah…que sera-sera. Apapun yang akan terjadi terjadilah.

Aku pun balik menyerang ibu mertuaku. Mulut dan lidahku dengan ganas mempermainkan miliknya. Tanganku juga ikut aktif merabai, meremasi bibir kemaluan dan menusuki lubang anal ibu mertuaku. Kelentitnya yang sudah membengkak karena rangsangan seksual kujilati, dan keremasi dengan gemas. Kumainkan pula apa yang ada di sekitar daerah kemaluannya. Gabungan remasan jari, kobokan tangan di kemaluannya, dan serangan lidahku berhasil membuat mertuaku keluar lagi untuk yang ketiga kalinya. ”Aaaaahhhh…. panji sayang ….” jerit nikmat ibu mertuaku. Cairan birahi ibu mertua keluar deras dari lubang vaginanya. Langsung saja kuhisap dan kutelan habis hingga tidak ada yang tersisa.

Akupun tersenyum, lalu aku merubah posisiku. Tanpa memberikan kesempatan ibu mertuaku untuk beristirahat, kuarahkan batangku yang masih bugar dan perkasa ini ke arah vaginanya, lalu kusetubuhi dia dalam posisi misionaris. Kurasakan batangku menembus liang vagina seorang wanita kepala 4 yang sudah beranak tiga, tapi masih terasa kekenyalan dan kekesatannya. Tampaknya program jamu khusus organ tubuh wanita yang dia minum berhasil dengan baik. Miliknya masih terasa enak dan nikmat menggesek batangku saat keluar masuk.

Sambil menyetubuhi ibu mertuaku, aku mempermainkan buah dadanya yang besar dan kenyal itu, dengan mulut dan tanganku. Kuraba-raba, kuremas-remas, kujilat, kugigit, sampai payudara itu kemerah-merahan. Puas bermain payudara tanganku mempermainkan kelentitnya, sementara mulutku bergerilya di ketiaknya yang halus tanpa bulu, sementara tangan satunya masih mempermainkan payudaranya. Tangan ibu mertuaku yang bebas, meremas-remas rambutku, dan mencakar-cakar punggungku. Posisi nikmat ini kami lakukan selama bermenit-menit, hingga 45 menit kemudian ibu mertuaku mencapai orgasmenya yang keempat. Setelah itu dia meminta istirahat. Aku sebenarnya malas mengabulkan permintaannya itu, karena aku sedang tanggung, hampir mencapai posisi puncak. Namun akhirnya aku mengalah.


”Panji kamu hebat banget deh, kamu sanggup membuat ibu keluar sampai empat kali” puji ibu mertuaku.

”Aah ibu bisa saja deh” kataku merendah.
”Padahal kamu sudah jogging 45 menit, tapi kamu masih saja perkasa” lanjut pujiannya.
”Itukan sudah jadi kebiasaanku, bu” aku berkata yang sebenarnya.
”Kamu benar-benar lelaki perkasa, Lilis beruntung mendapatkanmu” puji mertuaku lagi.


Lalu kami bercakap-cakap seperti biasanya. Sambil bercakap-cakap, tangan ibu mertuaku nakal bergerilya di sekujur tubuhku. Terakhir dia kembali mempermainkan batangku yang sudah mengerut ukurannya.

Aku bangkit, lalu beranjak dari tempat tidur. Ibu mertuaku memandangku heran, dikiranya aku akan keluar dari kamarnya dan mengakhiri permainan cinta kami. Tapi kutenangkan dia sambil berkata, ”Sebentar bu, aku akan mengecek keadaan dulu”. Aku memang khawatir, aku takut istri dan anakku bangun. Dengan cepat kukenakan kembali pakaian olahragaku dan keluar kamar mertuaku. Ternyata dugaanku salah. Hari memang sudah beranjak pagi, sekitar jam 6.15 menit, tapi istri dan anakku belum juga bangun. Penasaran kuhampiri kamarku dan kamar tempat anakku tidur. Ternyata baik anak maupun istriku masih tertidur lelap. Aku lega melihatnya. Sepertinya permainan playstation semalam, berhasil membuat mereka kolaps. Aku mendatangi jam weker di kamar keduanya, lalu kustel ke angka 9 pagi.

Aku menatap wajah istriku yang tertidur penuh kedamaian, sambil berkata dalam hati, ”Tidurlah yang lama sayang, aku belum selesai menikmati tubuh ibumu” lalu mengecup pipinya. Setelah itu, aku kembali ke kamar mandi, mencuci tubuhku, lalu balik lagi ke kamar mertuaku. Kami terlibat kembali dalam persetubuhan nikmat lagi. Dalam persetubuhan terakhir ini, aku dan ibu mertuaku sama-sama meraih orgasme kami bersama dalam posisi doggy anal. Sesudahnya aku balik ke kamar istriku, setelah membersihkan diri di kamar mandi untuk yang terakhir kali, dan kemudian mengenakan baju tidurku kembali.

Begitulah cerita seksku dengan Ibu mertuaku di suatu pagi hari yang indah. Tidak ada Mia, ada Arini, mertuaku yang molek dan menggairahkan.


Kado Istimewa Ultahku Yang Ke 17 Thn

Cerita Ini terjadi ketika aku berumur 17 tahun, kelas 2 SMU. Sudah lama sekali, tapi kesannya yang mendalam membuat aku tidak akan pernah bisa lupa. Aku bahkan bisa mengingatnya dengan detail.


Aku memanggilnya Tante Erna . Orangnya baik, supel dan enak diajak ngobrol. Wajahnya sih biasa saja, tapi menurutku manis. Yang jelas, kulitnya putih mulus dan body-nya mantap. Waktu itu usianya sekitar 30 tahun, punya 1 anak laki-laki yang masih kecil. Keluarga Tante Erna  tinggal di Surabaya. Dia sendiri tinggal di Jakarta selama 1 tahun untuk mengikuti suatu pendidikan. Selama di Jakarta, dia tinggal di rumah kami. Kebetulan rumah kami cukup besar, dan ada satu kamar kosong yang memang disediakan untuk tamu.

Sebenarnya Tante Erna  itu bukan type perempuan yang nakal. Setahuku dia termasuk perempuan baik-baik, dan rumah tangganya pun kelihatan rukun-rukun saja. Tapi yang jelas dia kesepian selama tinggal di Jakarta. Dia butuh pelampiasan sex. Kebetulan di sini boleh dibilang cuma aku cowok yang dekat dengannya. Jadi, kukira wajar kalau akhirnya affair itu terjadi. Lagipula, kukira Tante Erna  memang termasuk perempuan yang gairah sex -nya besar.Sejak peristiwa yang pertama, kami seperti ketagihan. Kami bercinta kapan saja, setiap ada kesempatan. Di kamar, di dapur, di kamar mandi, di hotel, di mana saja.cerita sex

Demi menyalurkan nafsuku yang seakan tak pernah surut pada Tante Erna , aku bahkan jadi sering bolos ataupun kabur dari sekolah, dan tanteku yang manis dan sexy itu selalu siap meladeniku. Akibatnya, tahun itu aku tidak naik kelas. Semua orang kaget, hanya Tante Erna  yang maklum. Dia bilang, walaupun aku tidak naik kelas, tapi aku “lulus” sebagai laki-laki. Harus kuakui, Tante Erna  adalah guruku yang terbaik dalam hal yang satu itu.Untungnya affair itu tidak berlanjut sampai ketahuan orang. Begitu Tante Erna  kembali ke Surabaya, boleh dibilang hubungan kami berakhir, walaupun di awal-awal sesekali kami masih melakukannya (kalau Tante Erna  datang ke Jakarta).

Aku lupa, Tante Erna  mengikuti pendidikan apa di Jakarta. Dia kursus sore hari dan pulangnya sudah agak malam, sekitar jam 8. Oleh karena itu, aku mendapat tugas menjemput naik motor. Awalnya sebel juga jadi “tukang ojek” begitu. Untung cuma 2 kali seminggu. Tapi, lama-lama aku malah senang. Kami cepat sekali menjadi akrab. Tante Erna  tidak canggung-canggung lagi memeluk pinggangku bila ia menumpang naik motor. Sesekali aku dapat merasakan tonjolan buah dadanya yang menekan empuk punggungku. Itu makanya aku jadi senang. Waktu itu terus terang aku belum punya pacar, jadi bersentuhan dengan perempuan adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagiku.

Hari itu aku berulang tahun yang ke 17. Pagi-pagi sebelum berangkat sekolah, orang tua dan adikku memberi selamat. Cuma Tante Erna  yang tidak. Aku jadi sebel. Apakah aku betul-betul cuma dianggap sebagai “tukang ojek” selama ini? Tapi ternyata dia memilih cara lain. Ketika aku sedang membereskan tas sekolahku di dalam kamar, Tante Erna  masuk. Kukira dia mau memberi ucapan selamat, tapi ternyata tidak juga. Dia bilang, seharusnya sweet seventeen dirayakan secara khusus.cerita seks

“Nggak ada uang,” jawabku asal-asalan.
Tante Erna  mengusap pipiku.
“Nanti sore kita rayain berdua,” katanya, suaranya pelan sekali.
“Tante mau kasih kado spesial buat kamu.”Aku jadi deg-degan.

Di sekolah, pikiranku ngelantur tidak karuan, ulanganku jadi jeblok banget. Aku penasaran, apa betul Tante Erna  mau memberi kado spesial. Entah kenapa, aku mulai membayangkan yang bukan-bukan.Karena tidak sabar, ketika jam istirahat aku ke telepon umum di seberang jalan. (Waktu itu belum ada HP). Di rumah cuma ada Tante Erna  dan si Mbok. Aku hampir-hampir tidak bisa ngomong waktu denger suara Tante Erna  yang merdu. Dengan lugu, akhirnya aku berterus terang bahwa aku penasaran.
“Selama ini kamu baik sekali sama Tante. Jadi, kamu boleh minta apa pun yang kamu mau.” Kata Tante Erna ,
“Kalau Tante sendiri mau kasih apa?” tanyaku.
“Ya nanti dong!”
“Nggak sabaran nih!”
“Pulang aja sekarang kalau nggak sabar. Bisa kabur, kan?”
“Tapi nanti aku ada ulangan!”
“Ya udah, terserah kamu!”Aku jadi tambah penasaran.

Obrolan di telepon membuat pikiranku bertambah jorok. Entah bagaimana, feeling-ku mengatakan bahwa Tante Erna  “naksir” aku. Maka, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung pulang saat itu juga. Kukebut motorku.Tante Erna  tersenyum ketika membukakan pintu.

“Si Mbok baruuuuu aja ke pasar!” katanya tanpa kutanya, seperti memberi isyarat bahwa situasi rumah benar-benar aman untuk kami.

Aku jadi tambah deg-degan. Pikiran jorokku bertambah. Lebih-lebih saat itu Tante Erna  mengenakan daster yang potongannya rada sexy.

“Kadonya mana?” tanyaku tidak sabar.
“Nanti dulu dong!” jawab Tante Erna .

Lalu aku disuruh menunggu di ruang duduk keluarga, sementara dia masuk ke kamar. Aku duduk di sofa sambil membuka sepatu. Tidak lama, Tante Erna  keluar kamar, tapi aku tidak melihat dia membawa kado. Sambil memandangi dia berjalan ke arahku, aku berpikir,

“Ngapain dia tadi masuk kamar?” Aku menemukan jawabannya beberapa saat kemudian, ketika kelihatan olehku
kedua puting susunya membayang di balik daster.

Rupanya di kamar tadi dia cuma membuka BH. Lalu, mana kadonya?
“Merem dong!” kata Tante Erna  sambil duduk di sebelahku.

Aku menurut, kupejamkan mataku. Jantungku semakin bergemuruh. Kurasakan kelelakianku mulai bangkit, anuku mulai mengeras. Lebih-lebih ketika kurasakan nafas Tante Erna  dekat sekali dengan mukaku. gairahhsex.com  Aku ingin membuka mata, tetapi takut. Maka aku terus memejamkan mata rapat-rapat, sampai kurasakan Tante Erna  mengecup pipiku. Lembut sekali. Kiri dan kanan.cerita mesum

“Itu kadonya?” tanyaku memberanikan diri beberapa saat kemudian. Tante Erna  tersenyum.
“Itu kado spesial dari Tante,” katanya lembut.
“Tapi kalau kamu mau yang lain, kamu boleh minta. Apapun yang kamu mau….”
“Aa…aa…aku… tidak berani…” jawabku terbata-bata.
“Padahal kamu kepingin sesuatu?” dia mendesak sambil merapatkan body-nya.

Aku semakin deg-degan. Tonjolan toketnya yang montok menekan lembut lenganku. Aku tidak berani membalas tatapan matanya.

“Bilang dong…” suara Tante Erna  semakin lembut. Wajahnya semakin dekat, aku jadi semakin tidak berani mengangkat wajah.

Sampai tiba-tiba kulihat tangannya merayap… meraba selangkanganku!Aku terkejut, bercampur malu karena ketahuan saat itu aku sudah “ngaceng”. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Tante Erna  waktu itu, karena aku tetap belum berani melihat wajahnya, tetapi yang jelas dia malah memijit-mijit tonjolan batang kemaluanku yang tentu saja jadi semakin keras.

“Tante… aku…” Aku semakin tidak enak hati, sementara nafsuku semakin tinggi.
“Vaaan, kamu udah gede sekarang….,” bisik Tante Erna .
“Udah 17 tahun, udah dewasa…”
“Maksud Tante, aku boleh….”
“Kamu boleh apapun yang kamu mau, Sayang!”Berkata begitu, Tante Erna  menerkam mulutku dengan bibirnya.

Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Erna  yang kian binal melumat-lumat mulutku, mendesak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas Tante Erna . Nampaknya Tante Erna  tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut Tante Erna  merayap turun ke bawah, menyusuri leher dan dadaku. Kemeja seragamku entah kapan dibukanya, tahu-tahu sudah teronggok di lantai.

Beberapa cupangan yang meErna galkan warna merah menghiasi leher dan dadaku. Lalu dengan liar Tante Erna  membawaku turun ke karpet, dibukanya celana panjang abu-abuku, demikian pula celana dalamku dilucutinya dengan gerakan tergesa-gesa. Aku menjadi telanjang bulat.

“Oohhh…. Ivaaan…., Tante nggak nyangka, punyamu bagus juga….” seru bergairah Tante Erna  sambil
memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulum-ngulum, sesekali dibarengi dengan menyedot-nyedot. Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremas- remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-erang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya.Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot daster Tante Erna , sehingga dia tinggal mengenakan celana dalam saja. Aku sangat terkejut saat melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Bulat, montok, masih sangat kencang walaupun dia sudah beranak satu. Nafsuku jadi semakin tidak terkendali.

Tanpa malu-malu, aku merintih-rintih sembari mengatakan bahwa aku merasa enak luar biasa. Sampai akhirnya kulihat Tante Erna  menurunkan celana dalamnya sendiri. Dia bugil di hadapanku! Aku sempat berpikir waras, kami tidak boleh melakukan semua ini! Tapi waktu itu Tante Erna  sudah menduduki kedua pahaku yang mengangkang. Kemaluannya yang berbulu rimbun tepat menempel di batang kemaluanku. Aku terlentang pasrah.

“A..a..aku… tttakut, Tante…,” kataku ketika kurasakan Tante Erna  mulai menyusup-nyusupkan batang penisku ke dalam lubang vaginanya yang basah.

Tante Erna  tidak peduli, kurasakan ujung batang penisku sudah masuk. Tapi bagaimanapun Tante Erna  mengalami kesulitan karena aku masih setengah hati.Tante Erna  menciumi mukaku. Bibirku dilumatnya kembali, lalu lidahnya menjulur-julur menjilat-jilat. Sementara itu, tangan kanannya terus berusaha menjejal-jejalkan batang penisku ke dalam lubang surgawi miliknya.

“Ivan, please..,” desahnya di telingaku.
“Kamu udah gede, kamu udah boleh, Van…”Entah bagaimana, nafsuku kembali berkobar.

Batang kemaluanku yang tadinya mulai agak kendor karena aku ketakutan, kini kembali menegang keras. Tante Erna  kegirangan, mukaku diciuminya dengan gemas. Pinggulnya bergerak-gerak sementara tangan kirinya terus menuntun batang kemaluanku memasuki vaginanya. Uhhh, nikmat luar biasa. Aku menggigit bibir. Sleeeppp… terasa batang kemaluanku melesak semakin dalam. Inci demi inci, sampai akhirnya masuk semua. Tante Erna  merintih pelan menyebut namaku,

“Ivvvaaaannnn…..”Tanteku yang manis itu mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya.

Maju, mundur, kiri, kanan, berputar-putar. Nikmatnya sungguh tidak terkatakan. Batang penisku serasa disedot dan dipelintir-pelintir. Aku belum pernah merasakan surga dunia senikmat itu, maka aku tidak tahan. Baru beberapa goyangan, tanpa dapat kucegah sedetikpun, aku “muncrat”. Air maniku menyembur- nyembur entar berapa kali, menyirami vagina Tante Erna  yang kurasakan berkedut-kedut. Itulah untuk pertama kalinya aku mencapai orgasme yang sesungguhnya, setelah sekian lama aku hanya dapat merasakannya dengan “onani” di kamar mandi.Aku tidak tahu bagaimana perasaan Tante Erna  waktu itu. Aku juga belum mengerti bahwa waktu itu dia sangat kecewa karena birahinya tidak mencapai puncak. Yang jelas, kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Perasaanku tidak karuan. Menyesal, takut, malu, campur aduk jadi satu.Tiba-tiba Tante Erna  menangis sesenggukan. Aku jadi semakin tidak enak hati. Dengan sok gentle, aku memeluk tubuhnya yang telanjang dari belakang. Aku meminta maaf dan berusaha membujuk. Tapi kata Tante Erna , dia justru malu telah menjerumuskan aku.

“Tapi aku nggak nyesel kok, Tante…,” kataku.
Tante Erna  memalingkan mukanya menatapku.
“Betul?” tanyanya.

Aku mengangguk. Entah kenapa, tahu-tahu “anu”ku berdiri lagi. Kulihat muka Tante Erna  memerah, dia pasti dapat merasakan karena batang penisku yang menegang itu menempel rapat pada pantatnya. Dia lalu membalikkan tubuhnya dan kami berpelukan. Entah siapa yang memulai, kami lalu berciuman bibir. Nafsuku berkobar-kobar lagi.Tante Erna  mengajakku masuk ke kamar. Dengan tubuh bugil, kami berangkulan menuju kamar Tante Erna  di belakang. Tiba di sana, Tante Erna  rebah duluan di atas ranjang. Aku menyusul. Dua- tiga kali Tante Erna  masih bertanya lagi, apakah betul aku tidak menyesal dan tidak menganggapnya sebagai perempuan murahan. Lalu kami berciuman bibir, lama dan penuh nafsu.

Kurasakan batang kemaluanku sudah luar biasa keras, aku siap untuk meniduri tanteku sekali lagi. Tapi kata Tante Erna , kali ini aku harus sabar. Aku harus bisa membuat Tante Erna  mencapai puncak kenikmatan seperti yang tadi kualami. Maka, dia mengajariku segala macam teknik merangsang birahi perempuan.Dimulai dari berciuman. Dia mengajariku cara-cara memainkan mulut dan lidah. Setelah kuikuti, ternyata memang lebih enak. Lalu dia menyuruhku menciumi lehernya. Aku berhasil membuat sebuah cupangan, tapi Tante Erna  lekas-lekas mengingatkan bahwa cupangan di leher akan mudah ketahuan orang. Maka, dia minta aku mencupang toketnya.

Tanpa diminta pun, aku akan dengan senang hati melakukan itu. Toketnya itu luar biasa bagus. Putih, besar, bulat, kencang dan padat. Aku mencium dan meremas-remas seperti tanpa rasa puas. Dan aku jadi tambah bernafsu karena perbuatanku itu membuat Tante Erna  menggelepar-gelepar keenakan. Dia bahkan jadi seperti tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Mulutnya mulai mengeluarkan kata-kata jorok, di tengah-tengah desahan dan rintihannya.Aku sebenarnya sudah sangat tidak sabar, ingin segera memasukkan senjataku lagi ke dalam lubang surgawi Tante Erna . Tapi Tante Erna  belum memberi isyarat untuk itu. Dia malah memintaku mencumbui selangkangannya dulu.

“Sini, Sayang…, ciumin ini Tante …,” pintanya sambil berbaring telentang dan membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.Tanpa membuang waktu lagi, aku terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Erna  yang merekah minta diterkam. Benar-benat lezat. Vagina Tante Erna  mulai kulumat-lumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluruh bagian liang vaginanya yang telah dibanjiri lendir. gairahhsex.com  Berulangkali kugelitik kelentitnya dengan ujung lidah sambil kukenyot dalam-dalam. Rambut kemaluan Tante Erna  lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Erna  yang menggairahkan ini. Tante Erna  hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat senang sekali nampaknya. Kulirik tadi, Tante Erna  terus-menerus melakukan remasan pada buah dadanya sendiri sambil sesekali memelintir puting- putingnya.

Berulang kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menarik-narik daging kelentitnya.

“Ooohhhhh, Ivvvaaannn…, enak banget, Sayaaang… Teruuss…., teruuuuussssss….. Please…, yaaaahhhhhh
“Beberapa menit kemudian, aku merayap lembut menuju perut Tante Erna , dan terus merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puting payudaranya yang kini mengeras dan membengkak. Kembali kubuat beberapa cupangan di buah dadanya. Berulang kali jemariku memilin-milin gemas puting-puting susu Tante Erna  secara bergantian, kiri dan kanan. Aku kini benar-benar tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku. Tanpa menunggu komando dari Tante Erna , aku membimbing masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.Tapi Tante Erna  masih sempat mengubah posisi. Seperti yang pertama, kembali dia berada di atas.

Ternyata itu memang disengaja oleh Tante Erna  karena posisi begitu lebih menguntungkan aku. Aku jadi lebih tahan, sebaliknya Tante Erna  akan cepat mencapai orgasme.Benar saja. Tante Erna  langsung menggenjot cepat karena rupanya dia sudah sangat keenakan dan hampir mencapai puncak. Aku menelentang saja sembari meremas-remas toket montoknya yang bergelantungan terkontal-kantil. Sesekali aku mengangkat pantat mengikuti komando Tante Erna . Tidak begitu lama, Tante Erna  mengajakku segera membalik posisi.

“Ooouhkk.. yeaaah… ayoo.. ayooo… genjot Vaaannn..!” teriak Tante Erna  saat merasakan batang kejantananku mulai menikam-nikam liar vaginanya. Dalam posisi di atas, gerakanku lebih leluasa. Aku semakin meErna katkan irama keluar masuk batang kemaluanku. Tante Erna  hanya berpegangan pada kedua tanganku yang terus meremas-remas sepasang buah dadanya. Kedua kakinya mengangkang lebar, pinggulnya terangkat-angkat seirama dengan hunjaman batang kemaluanku.

“Blesep… sleeep… blesep..!” suara senggama yang sangat indah mengiringi dengan alunan lembut. Tante Erna  mendesah, mengerang, dan merintih-rintih.Cerpen Sex

“Aaaarghh…, enak sekali, Ivaaannnn….., Tante suka kontol kamuhhh… Terus, Sayaaang…, teruuuussssss…..,
ssssshhhhhh….., aaaaarrggghhhhh….”Aku semakin bersemangat, kusodok-sodokkan batang penisku semakin kuat dan cepat.

Itulah nikmat bersetubuh yang pertama kali kurasakan. Aku masih belum bisa bertahan lama saking enaknya. Hanya beberapa menit, puncak klimaks itu kucapai dengan sangat sempurna,

“Creeet… crooot… creeet..!”Pada saat hampir bersamaan, tubuh Tante Erna  mengejang, pinggulnya terangkat tinggi-tinggi.
“Oooorrrrgghh.. sssssshhhhh… aaarrrgghhhh..,” seru Tante Erna  menggelepar-gelepar ketika menggapai puncak kenikmatannya.

“Tanteeehhh.…….”
“Oooohhhh, Ivaann…. Teken terus, Vaan, Tante masih enak…, teken terus, yaahhh…”
“Ivan kayak mimpi, Tante….,” bisikku polos.
“Hm-mm, Tante juga, mimpi di surga… Peluk Tante, Sayang…”
Selanjutnya, dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagina Tante Erna , aku jatuh tertidur. Tante Erna  juga. Kami baru terbangun ketika si Mbok pulang dari pasar.


Nikmatnya Ngentot Calon Kakak Iparku Yang Semok

  Namaku Teddy, umur 22 tahun, tinggi 175 cm, panjang penisku 17 cm. Aku ingin menceritakan kejadian yang mana dalam kejadian ini saya melakukan hubungan sex dengan kakak pacarku yang bernama Desi yang berumur 23 tahun, memiliki bra berukuran 36, tinggi 170 cm, dan berat badannya 60 kg serta pacarku Dewi yang berumur 21 tahun, tinggi 168 cm, berat 55 kg dan ukuran bra 34 C.


  Kejadian yang kualami tersebut terjadi pada hari Minggu tanggal 20 April 2003 yang lalu. Pada waktu itu saya berniat mendatangi rumah pacarku untuk sekalian minta jatah kepadanya dan juga karena pada malam minggunya saya ada acara bersama keluarga. Ketika saya sampai ke rumah pacarku di bilangan Pasar Minggu, rupanya pacarku sedang pulang kampung bersama orang tua dan adik-adiknya ke Palembang selama 16 hari karena kakeknya meninggal dunia dan yang ada di rumah hanya Desi (kakak perempuannya).

Setelah saya tahu bahwa pacarku tidak ada di rumah akhirnya, aku kembali berpamitan kepada kakaknya. Namun kakaknya menganjurkan agar aku mampir dulu ke rumah sebentar dan juga menemani dia main PS di rumah. Kebetulan waktu itu PS-nya ada di dalam kamar Desi. Ketika saya sedang asyik main, saya melihat ada sebuah kotak bekas pembungkus sepatu, ketika saya buka saya kaget karena melihat isi di dalamnya rupanya terdapat alat bantu sex yang berbentuk penis serta beberapa VCD Porno keluaran Vivid USA. Kakaknya pada waktu itu tidak mengetahui bahwa saya telah membuka kotak mainannya dan ketika saya ambil isinya serta saya tanyakan kepadanya..

“Apa ini Kak?”, seketika itu saya melihat ekspresi mukanya yang langsung memerah.
“Mau tahu saja kamu anak kecil”, jawabnya.
“Kakak selama ini tidak ada pelampiasan yach selama Kak Budi (Pacarnya adalah ABK yang sedang melaut)”.
“Achh bisa saja kamu”, jawabnya.
“Kakak mau aku bantu gak?”, tanyaku.


Tanpa menunggu jawabannya langsung saja kusergap bibir seksinya itu sambin kumainkan payudaranya. Setelah itu pelan-pelan tanganku menjalar masuk ke dalam bajunya, kuraba pelan perutnya sampai ke dalam BH-nya serta aku masukkan telunjuk tanganku ke dalam roknya sambil meraba permukaan CD-nya.

“Ted jangan Ted, aku ini kakaknya Dewi”.
“Kak Desi, aku ingin sekali ML sama Kakak, apakah Kakak nggak mau ML sama aku?”, tanyaku.
“Aku bukannya nggak mau, tetapi aku malu sama kamu”, jawabnya.
“Buat apa Kakak malu denganku, dan juga di rumah ini gak ada orang lain yang tahu selain kita”, jawabku.


Perlahan-lahan aku ajak dia menuju ranjangnya dan langsung saja kudekati dan kuremas payudaranya.

“Sabar dong, Buka dulu bajumu itu” ujarnya. Kubuka seluruh bajuku, kupeluk dan kucium bibirnya.
“Woww penismu besar sekali dan panjang lagi, lebih mantap dari punyanya Mas Budi.”


Tanganku meremas-remas payudaranya yang montok.

“Isap doong”, pintanya”. Aku mulai menghisap.
“Achh, Terus, nikmat Ted, oh, ayo”.


Aku semakin bernafsu mendengar desahannya itu, sekitar 5 menit aku menikmati payudaranya.

“Oh, Sstt, Jilat Veggyku Ted”, Pintanya sambil gemetaran.

Bibirku langsung menjilati selangkangannya. Lidahku menjilati veggy-nya yang super becek. Saat lubang kemaluan itu tersentuh ujung lidahku, aku agak kaget karena lubang veggy-nya itu selain mengeluarkan aroma mawar rasanya pun agak manis-manis legit, beda dengan veggy pacarku dan dan teman wanitaku yang pernah aku jilat, sehingga aku betah menikmatinya.

“Ardgg, arghh, enak banget Ted, gue jadi merinding rasanya dan kayaknya mau keluar, gue suka banget nich, dan lidah elo enak bangeet Ted”.

“Iya Kak, Teddy juga suka sekali rasanya, veggy Kakak manis banget rasanya”.
“Auu, Auu, Teedd..”


Terasa ujung lidahku disemprot oleh sedikit cairan bersamaan dengan pantatnya yang diangkat tinggi hingga menempelkan semua permukaan veggy-nya ke mukaku.

“Tedd, tedd, Kakak keluar tedd”, Bibir veggy-nya yang sebelah kutarik perlahan dengan bibirku, sambil kugigit dengan lembut. Dia benar-benar menikmatinya.

“Aduh-aduh enak banget Tedd”, Lidahku pun mengaduk-aduk lubang veggy-nya yang sudah basah sekali.

“Tedd.. Sekarang tedd”, Segera aku naik ke atas tubuhnya, dia juga sudah siap sekali dengan mengangkangkan lebar-lebar menunggu datangnya Teddy Junior.


Perlahan-lahan kugesek-gesek adikku di bibir veggy-nya, sengaja tidak langsung kumasuki lubang veggy-nya, aku hanya menggesek-gesek. Dia bertambah nafsu.

“Ted, ayo Ted, masukin Ted, Kakak butuh Ted, ayo Ted”, Tangannya segera memegang batang juniorku dan segera dibimbingnya masuk ke dalam lubang veggy-nya.

“Au, Ted, ujungnya gede banget Ted”, katanya ketika dia memegang ujung juniorku.

“Ini kan yang enak Kak, jadi Kakak gak mau nich, ya sudah kalau gak mau gak usah dimasukkin”.

“Jangan Ted, mau Ted, mau Ted, cuman takut aja sebab pacar Kakak punyanya kecil dan pendek sekali”.


Akhirnya kumasukkan saja senjataku ke dalam veggy yang telah merekah itu.

“Auchh, auu”, teriaknya ketika adikku mulai masuk ke dalam memeknya, terasa seret sekali.
“Aduh, Ted, sakit, tapi enak, sakitt, enakk”.

“Sakit apa enak Kak?”

“Tahulah Ted, ada sakit sedikit dan enaknya bukan main rasanya, rasanya sampai ke ujung mulut rahimku Ted”.


Pelan kuayun juniorku keluar masuk veggy-nya, baru beberapa sodokan dia sudah menjerit.

“Tedd, tedd, Kakak keluar, tedd, auuhh, auuchh..”.

“Yach, baru begitu saja sudah keluar”, jawabku.


Terasa sekali kepala adikku dihisap dan dipelintir oleh veggy-nya yang enak sekali, terasa sekali otot veggy-nya masih kencang, sambil kutusuk terus veggy-nya, aku tetap menghisap pentil susunya yang begitu indah.

“Slrupp, slrupp..”, Terdengar setiap aku menarik dan menekan veggy-nya.

“Kak gantian Kak, Kakak di atas yach”.

“Yach Ted, tapi ajarin yach”.


Sekarang posisiku ada di bawah, dia segera naik ke atas perutku dan dengan segera dipegangnya juniorku sambil diarahkan ke veggy-nya. Kulihat veggy-nya indah sekali dengan bulu-bulu pendek yang membuat rasa gatal dan enak waktu bergesekan dengan veggy-nya.

“Auu, enak banget Kak, veggy Kakak”.

“Sekarang gantian Teddy yang Kakak bikin enak yach”, katanya sambil memutar pantatnya yang bahenol, rasanya batang juniorku mau patah ketika diputarnya juniorku di dalam veggy-nya dengan berputar makin lama makin cepat.

“Auu, Kak, enak bangett Kak”.


Akupun bangun sambil mulutku mencari pentil susunya, segera kukulum dan kuhisap.

“Ted.. Ted, ini bisa bikin Kakak keluar lagi nich Ted, rasanya mentok sekali Ted”, memang dengan posisi ini terasa sekali ujung juniorku menyentuh peranakannya.

“Ech.. Ech”, desahnya setiap kali aku menyodok veggy-nya.

“Ted.. Ayo Ted, Kakak mau keluar lagi nich”

“Tahan Kak saya juga mau keluar nich”.


Segera kugenjot memeknya dengan cepat. Dia seperti kesurupan setiap dia naik turun di atas juniorku yang jepit oleh veggy-nya.

“Kak, saya mau keluar Kak”.

“Ayo Ted Kakak juga mau nich”.

“Auu, Kakk”.

“Yach Tedd, Kakak juga mau keluar nich. Achh, Achh”.


Kupeluk erat dia sambil menyemprotkan semua maniku ke dalam veggy-nya.

“Ted, aduhh enak banget Ted, teddy punya enak banget”.

“Kamu punya juga enak Kak, bodoh benar pacar Kakak meninggalkan Kakak demi pekerjaannya di laut, belum tentu 1 tahun dia bisa pulang”.


Dia pun segera rebahan di atas badanku, kami berdua lemas, sambil tidur di atas badanku, kuelus terus dari kepala sampai ke pantatnya dengan lembut.

“Makasih yach Ted, Kakak sudah lama menahan nafsu”.

“Saya juga Kak”.

“Janji yach Tedd, Kakak mau lagi lho kalau kamu memintanya kepada Kakak”.

“Siip dech Kak, tapi hati-hati yach jaga rahasia kita berdua dari Dewi Kak”.

“OK, Ted”.


Selama 16 hari tersebut kami bebas melakukan hubungan seks dengan kakak pacarku di rumahnya dan setelah itu kami melakukannya di waktu senggang dan baik di luar maupun di hotel. Dan juga aku tidak lupa meminta jatah kepada pacarku segera setelah dia pulang dari Palembang.