Huuuh..nyebelin banget sih banget aki-aki..” ujar Jenny
sambil mengunci pintu kamar kostnya. Kembali hari ini dia sebel dengan Pak
Sutrisno, si bapak kostnya yang sering bersikap genit dan terkadang menjurus
kurang ajar terhadap dirinya.
Kejadiannya tadi saat dia pulang kantor berpapasan dengan
Pak Sutrisno yang sedang berusaha memaku sesuatu di dinding.
“Sore pak..lagi ngapain pak..?” sapa Jenny demi kesopanan.
“Eh..dek Jenny dah pulang..”sahut Sutrisno dengan mata berbinar. “Kebetulan aku
mau minta tolong sebentar bisa?” Jenny yang mau buru-buru ke kamar terpaksa
menghentikan langkahnya dan menoleh. “Apaan pak?” tanyanya sekenanya, kembali
ia kesal melihat pandangan mata pak tua itu yang jelalatan ke arah dadanya.
“Ini loh..kamu bisa pasangin lukisan ini ga ke paku yang dah saya pasang itu,
takutnya tangganya goyang banget karena berat badan saya, maklum agak gendut
gini ribet jadinya” katanya sambil cengengesan dan kembali pandangan matanya
menyantap kulit leher Jenny yang mulus.
”nanti saya pegangin tangganya”. Jenny sanggup dan dia menaiki tangga yang
memang sudah goyang itu, gadis itu baru sadar pas naik ke pijakan kedua bahwa
tangga itu memiliki jarak yang cukup lebar antara pijakannya, jadi saat kakinya
naik ke pijakan kedua, dirinya yang saat ini menggunakan rok span ketat agak
kesulitan dan roknya menjadi tertarik ke atas sehingga pahanya menjadi terbuka.
Kejadian itu berulang lagi saat ia ke pijakan ketiga, bahkan jaraknya makin
jauh sehingga pahanya makin terbuka lebih lebar. Jenny mengutuk dalam hati,
saat melirik Pak Sutrisno yang dengan senyum Nakal menikmati pahanya yang
jenjang dan berkulit mulus bersih itu. Melihat pemandangan indah ini, Pak
Sutrisno merasa nafasnya sesak sama sesaknya dengan penisnya yang jadi
menegang.
Sungguh indah bentuk paha gadis ini dan ia dengan bebas bisa melihat
dari dekat, ingin rasanya mengelus paha montok nan mulus itu, tapi ia menahan
diri. Ia menyerahkan lukisan ke Jenny untuk dipasang, tapi karena nyantolinnya
masih agak tinggi maka gadis itu harus memasangnya dengan mengangkat tangannya
setinggi mungkin, ia tidak sadar bahwa karena gerakannya itu blusnya yang
pendek ikut tertarik ke atas sehingga terlihat kulit pinggangnya yang ramping
sampai ke perut di bawah dadanya. Dengan sengaja Pak Sutrisno menggoyangkan tangganya
sehingga memperlama dirinya untuk bisa menikmati pemandangan pinggang berkulit
mulus gadis itu. Setelah selesai terpasang, Jenny menurunkan kaki kirinya ke
pijakan kedua yang ternyata tanpa sepengetahuannya telah dilonggarkan pakunya.
Sambil terus menikmati paha Jenny yang terbuka kembali, Pak Sutrisno
bersiap-siap.
“Eiiihh…eiihh..” Jenny menjerit kecil saat pijakannya lepas dan ia terjatuh ke
belakang dan saat itu dengan sigap Pak Sutrisno menangkapnya sehingga tidak
sampai terjatuh lebih parah. Merah muka gadis itu karena satu tangan yang
menahan dirinya memegang tepat ke pantatnya dan sepertinya ia merasa tangan itu
sedikit meremasnya. Dengan cepat ia menjauhkan badannya dari
“pelukan” Pak Sutrisno yang mengambil kesempatan itu.
“Waduh, untung sempet saya pegangin mba nya, kalo ngga bisa gawat tuh..” ujar
Pak Sutrisno cengengesan yang masih menikmati hangatnya tubuh dan kenyalnya
pantat Jenny tadi walau sesaat tadi.
“Mmm..iya pak, makasih..udah kan pak ya..” Ujar Jenny sambil ngeloyor pergi
dengan diikuti pandangan Sutrisno yang menikmati gerakan pinggul gadis yang
montok itu. “Hmmm..tunggu aja ntar ya..lo bakal kena ama gua” pikir pria tambun
setengah tua ini dalam hati. Sudah banyak rencana yang kotor dan mesum darinya
yang memang punya sedikit kelainan seks ini. Di dalam kamar, Jenny masih sebel
sama kejadian tadi. Sudah terlalu sering ia mendapat perlakukan atau kata-kata
yang menjurus mesum dari si pak tua itu, tapi ia berusaha menahan diri
mengingat bahwa tempat kost ini cukup murah dengan fasilitas yang ada juga
ditambah lagi dengan lokasi yang di tengah kota dan dekat ke tempat kerja atau
mau ke mana saja.
Maka ia memutuskan untuk tetap bertahan asalkan si mesum itu
tidak terlalu kurang ajar. Bila ketemu pasti Jenny merasa risih dan agak ngeri
ngeliat mata Sutrisno yang seperti menelanjangi sekujur tubuhnya, tapi
terkadang selain ngeri dan risih gadis itu juga merasakan bangga dan senang
karena kecantikan dan tubuhnya menjadi perhatian sampai seperti itu walau
Sutrisno bukan levelnya untuk bisa menikmati dirinya. Beberapa kali kalau
berpapasan sama Sutrisno dan berbincang- bincang, selalu saja tangannya tidak
pernah diam menjamah, walau hanya menjamah pundak atau lengannya tetap saja
gadis itu merasa risih karena sambil melakukan itu bapak kost itu merayu dengan
kata-kata yang kampungan.
“Ahh..udahlah, ga penting juga..mendingan gua mandi” kata Jenny dalam hati
Sambil berkaca ia mulai melepas satu per satu kancing blusnya dan melepasnya
sehingga bagian atasnya kini hanya tertutup BH Merah Jambu yang susah payah
berusaha menutupi payudara berukuran 34D itu. Dengan pinggang yang ramping,
maka buah dada itu tampak sangat besar dan indah dan karena Jenny rajin ke
fitness makin tampak kencang dan padat. Sungguh merupakan idaman bagi semua
laki- laki di dunia bagi yang dapat menikmatinya.
Lalu ia melanjutkan dengan
melepas rok span-nya ke bawah sehingga kini tubuh yang memiliki tinggi 169cm
ini hanya ditutupi bra dan cd yang berwarna senada. Body yang akan membuat
laki-laki rela untuk mati agar bisa mendapatkannya, memiliki kulit putih asia
dan dihiasi dengan bulu-bulu halus nan lembut. Menjanjikan kehangatan dan
kenikmatan dunia tiada tara. Jenny melepas kaitan bra disusul dengan cd-nya
yang segera dilemparkan ke ember tempat baju kotor. Ia memandang sejenak ke
cermin, melihat payudaranya seperti “bernafas” setelah seharian dibungkus
dengan bra. Gumpalan daging yang kenyal dan padat dengan puting berwarna coklat
muda sungguh menggairahkan.
“Auuh…” gadis itu sedikit merintih atau tersentak saat ia memegang kedua
putingnya, serasa ada aliran listrik menyengat lembut dan menimbulkan rasa
sensasi geli pada kemaluannya yang tanpa sadar tangan kirinya turun ke arah
vaginanya dan sedikit membelainya. Sambil senyum-senyum sendiri, gadis itu
membayangkan dada telanjangnya dan membusung ini selalu menjadi sasaran remasan
dari Andre pacarnya yang tidak penah bosan juga mengulum puting dan menciumi
kulit payudaranya yang mulus dan harum itu.
Tidak percuma ia setiap 3 hari
sekali memberikan lulur pada tubuhnya, terutama pada payudaranya yang sampai
sekarang memiliki aroma yang memabukkan walaupun dalam kondisi berkeringat.
Jenny menghela nafas panjang menahan gejolak birahi yang timbul, dan sekarang
ia merasa ingin dilampiaskan. Padahal baru tadi malam ia berenang di lautan
asmara yang menggelora dengan pacarnya. Ia merasa dirinya selalu saja haus akan
belaian pacarnya, padahal hampir setiap ketemu mereka bercumbu dengan hot dan
yang suka bikin ngiler adalah mengulum penis Andre sampe bisa keluar spermanya.
Kini ia membayangkan ukuran penis Andre saja udah bikin deg- degan, ga sabar
untuk ketemu dan mengemut-ngemut batang kemaluan yang kokoh itu.
“Huuuh..mending gua mandi aja deh, otak gua jadi kotor nih..” Selesai mandi,
sedikit terusir pikiran-pikiran tadi karena sudah tersiram air dingin.
“Loh, kok ga bisa sih nih?” Jenny sudah beberapa saat ngga bisa memutar kunci
lemari bajunya, ia masih coba terus beberapa saat tapi masih ga bisa juga.
“Duh, mesti minta tolong ama pak tua itu dong” Ujarnya Untungnya masih ada baju
di keranjang yang belum sempat dimasukkan ke dalam lemari. Tapi setelah
memilih-milih, di keranjang baju itu hanya ada underwear 2 pasang dan baju-
baju khusus tidur yang tipis dan seksi serta baju dalaman sexy seperti tanktop
dan rok mini yang mininya 20 cm dari lutut. Dari pada pakai baju tidur tipis ia
memilih rok mini dan tank top yang rendah belahannya. Sebelum ke Pak Sutrisno,
Jenny memilih untuk makan malam dulu di ruang makan bersama, sambil makan ia
menyalakan tv dan duduk di ujung sofa.
“Ehh..mba Jenny baru makan ya..bapak temenin ya, ga baik cewe seseksi kamu
makan sendirian” tiba-tiba si bandot itu muncul, dan langsung menyantap paha
Jenny yang disilangkan itu, sungguh mulus, lalu ia duduk di samping gadis itu.
“Ia pak..sekalian makan pak… terus sama minta tolong kok lemari baju saya ga
bisa dibuka yah?” pinta Jenny sambil menggeser menjauh dan berusaha dengan
sia-sia menarik turun rok mininya.
“buset tuh mataaaa…abis gua..” katanya dalam hati.
“Ooo gitu, nanti saya periksa deeeh…”
“Makasih ya pak”. Jenny buru- buru nyelesaiin makannya, saat tiba-tiba ia
merasa dadanya bagian putingnya terasa gatal. Awalnya berusaha ditahan saja
tapi makin lama makin meningkat rasa gatalnya, dan bukan itu saja kini ia
merasakan hal yang sama pada vaginanya. Ia masih berusaha menahan tapi sudah
hampir tidak kuat, duduknya jadi gelisah dan ia berusaha menggoyangkan badannya
agar rasa gatal itu hilang bergesekan dengan bahan bra-nya dan ia mempererat
silangan kakinya. Tapi rasa gatalnya tidak berkurang, bahkan kini seluruh
daging kenyal payudaranya terasa gatal.
“Ouuuhh..” akhirnya Jenny tidak tahan dan ia menggaruk sedikit kedua
payudaranya dengan tangannya, saat ia menggaruk terasa nyaman sekali karena
gatalnya berkurang tapi sulit untuk berhenti menggaruk. Sambil memejamkan
matanya karena keenakan menggaruk ia lupa ada Pak Sutrisno di situ.
“Kenapa kamu? Kamu kegatelan yaah?”
“Uuuhh…sssshh..ehm, i…iya pak..” terkejut Jenny karena baru ingat ada si bandot
di sampingnya, tapi ia terus menggaruk makin cepat dan karena tak tahan ia
menggaruk juga ke pangkal pahanya..
“Uuuuuffh..ssshh…” aliran darah Jenny berdesir cepat karena sensasi
menggaruknya itu selain menghilangkan rasa gatal juga membuat birahinya
tergelitik.
“per..permisi pak..uuffh..” sambil terus menggaruk ia mau bangkit dari kursi
tapi rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya dia hanya terduduk kembali
sambil terus menggaruk Sedetik ia melihat Sutrisno hanya menonton dengan
pandangan penuh nafsu setan ke dirinya yang terus menggaruk itu. Gadis itu
mengutuk karena ia memberikan tontonan gratis kepada pria tua itu tanpa dapat
mencegah. Gerakannya makin cepat dan tidak karuan karena kedua tangannya hanya
bisa menggaruk – menggaruk bagian dari 3 bagian tubuhnya yang terserang itu,
kini rok mininya sudah tersingkap semua karena ia harus menggaruk liang
kemaluannya sehingga memperlihatkan kedua pahanya yang jenjang dan berkulit
putih mulus itu. Gadis itu terus merintih-rintih karena kini rasa gatalnya
sepertinya tidak bisa digaruk hanya dengan garukan yang masih terhalang kaos
dan bh untuk kedua payudaranya dan celana dalam tipisnya untuk vaginanya,
tubuhnya serasa lemas karena rasa gatal dan birahinya yang kini membuat
vaginanya menjadi basah dan ia merasa putingnya mengeras.
“Misi pak…mau ke kamar dulu niiih..uuhh..” Kata Jenny, tapi Pak Sutrisno diam
saja menghalangi jalan keluarnya. Rasanya ingin marah saja tapi rasa gatal itu
menghalangi rasa marahnya. Karena akhirnya ia tidak tahan dan tidak bisa
mencegah lagi, dengan serabutan dan cepat ia menarik tali tank topnya kebawah
dan menarik turun branya sehingga kini buah dadanya telanjang yang segera ia
menggaruk dengan cepat dua gunung indah itu terutama putingnya yang kini sudah
mancung dan mengeras, kakinya bergerak blingsatan karena rasa gatal pada
vaginanya makin menghebat.
Pak Mamud tertawa dalam hati, ia menikmati melihat
indahnya pemandangan di depannya itu, betapa buah dada Jenny yang berbentuk
bulat kencang itu tidak tertutup apapun serta baju Jenny yang sudah tidak
keruan. Senang ia melihat gadis yang cantik tapi sombong ini kini tampak tidak
berdaya. Rencana awal ini berhasil dengan baik, yang ternyata ia telah mengganti
kunci lemari baju Jenny dan menaruh bubuk gatal pada pakaian dalam gadis itu
dan sengaja memilihkan baju yang seksi tertinggal di luar lemari. Tangan Jenny
masih bergerak cepat berpindah-pindah mencoba menggaruk 3 bagian tubuh, makin
lama makin menghebat dan dari mulutnya meracau tidak jelas. Dengan susah ia
berusaha menggaruk vaginanya secara langsung tapi ia kesulitan karena harus
menggaruk putingnya.
“Saya bantu ya sayang…” tanpa disuruh ia menarik turun celana dalam tipis
Jenny, sehingga sekarang terlihat
“bibir” bawah tersebut yang dihiasi bulu-bulu halus. Tampak indah sekali dan
menggairahkan. “Nggeeh..jangan kurang ooouhh..”ia tidak dapat melanjutkan
umpatannya karena ia menikmati garukan pada vaginanya walau ia harus berpindah
lagi sambil merintih- rintih terus Ia terkejut sesaat ketika tangan Pak
Sutrisno mengelus-elus pahanya, tapi ia tidak bisa memperdulikannya lagi yang
penting ia harus terus menggaruk. Dengan leluasa Pak Sutrisno menjelajahi lekuk
liku tubuh montok itu tanpa penolakan, kulit pahanya terasa lembut dan daging
paha sintal itu terasa kenyal dan hangat dalam usapannya. Karena belaian-
belaian yang dilakukannya ini membuat Jenny makin menggelinjang karena kini
birahinya sudah melonjak.
“Biar ini aku yang bantu yaah..” dengan sigap jari-jari tangannya hinggap di
vagina Jenny dan menggeseknya dengan liar.
“Ouuuuhh…ss..stoopp…aiiieh… iyaa…ouuhh” ngga jelas Jenny mau ngomong apa,
sedetik ia tahu vaginanya sedang diobok- obok oleh orang yang dia sebel, tapi
ia tidak tau dan tidak berdaya karena rasa gatal dan nafsunya yang memuncak
sehingga dia tidak mampu menolak perbuatan Sutrisno. Kini ia fokus menggaruk
payudaranya, tidak hanya digaruk tapi juga diremas-remas dan memuntir-muntir
putingnya sendiri. Dengan leluasa Sutrisno menggesek-gesek bagian tubuh yang
paling rahasia milik gadis itu. Hampir 5 menit kini liang vagina itu sudah
becek dan menimbulkan bunyi kecipak karena gerakan jari-jari Sutrisno yang
sudah ahli itu.
“aaahh..jgn dilepas..ohh…pak..” jerit Jenny saat tangan Sutrisno mengangkat
tangannya dari vaginanya yg sudah basah itu dan malah
“cuman” mengelus- elus pahanya dan meremas pantatnya.
“Kenapa sayang..? kamu mau aku untuk terus mengobok-obok memek kamu..?” tanya
Sutrisno.
“Ngeh..ngeh..iii yaaa paakk… ouufh..” diantara engahannya
“kamu yakin..??”
“uuhh…ngeh… sssh..” ia hanya mengangguk
“kamu mohon dong sama aku..paaak Sutrisno sayang, tolong obok-obok memek saya…
please saya mohon” Mendengar perintah itu, sekejap Jenny merasa malu dan marah
tapi segera terganti kebutuhan body-nya yang sudah terbakar birahi secara aneh
itu. Ia berusaha untuk tidak mengucapkan itu dengan terus menggaruk, tapi ia
tidak kuat.. “ouuh..ngeh..Pa..Pak Sutrisno sssss….sayaaang, ooh..tol..long
obok…obok me…nggeh…memek sayaaaa…pleeeeease… uuuff.. saya mohoooonn…” erang
Jenny. “Tentu sayang…” Lalu dengan sigap jarinya menggerayangi bibir vagina
Jenny yang becek itu dan menggesek dengan cepat. Jenny melenguh penuh nikmat
sambil meregangkan badannya, lalu tersentak hebat saat jari itu menusuk masuk
dan menemukan klitorisnya “Haaa..ternyata disitu yaaa…” dengan ahli ia
memainkan jari itu pada g-spot tsb yang mengakibatkan Jenny mendesah- desah.
Gadis itu merasakan terbentuknya sensasi orgasme menanjak naik..
“Oouuhh…ja.nggaannn..” ia berusaha menahan dirinya, tapi gerakan jari Sutrisno
makin menggila dan terus menggila, ia sudah hampir tidak tahan. Sambil
menggigit bibirnya dan memejamkan matanya ia berusaha menahan klimaksnya, tidak
mengira bahwa dirinya dapat dibuat klimaks oleh Sutrisno.
“Ouuuuuuhhhhhh…. aaaiiiieeeeeeeeeee…..” dengan teriakan panjang Jenny mencapai
puncaknya dan tubuhnya menggetar keras. Cairan makin deras membahasai liang
vaginanya, ia menikmati setiap detik sensasi luar biasa itu. Tubuhnya makin
lemas dan pandangannya nanar. Ia tak mampu menolak saat Sutrisno menunduk dan
mencium bibirnya yang tipis.
“mmmmmpphhh…..” Jenny mengerang dan sulit menolak saat lidah Sutrisno memasuki
rongga mulutnya dan melilit-lilit lidahnya, bahkan tanpa sadar ia membalas
ciuman itu. Sementara tangan Sutrisno masih mengocok kencang dan gadis itu
merasakan kembali orgasmenya mau menyeruak lagi..apalagi saat ciuman Sutrisno
berpindah mencium puting kirinya..
“Auukkh..ssttopp..ssssshh… ssshh..” tapi Jenny malah membusungkan dadanya
mempermudah Sutrisno menikmati puting kerasnya. Kini rasa gatalnya sudah
terganti dengan desakan nafu setan yang tidak pernah terpuaskan, tangannya yang
bebas dituntun oleh Sutrisno ke penisnya di balik sarungnya.
“oouuh..bes..bessar banget ppaakk..” gumam Jenny tanpa sadar saat merasakan batang
hangat yang berdenyut-denyut dalam genggamannya, ia melirik ke arah batang
kemaluan Pak Sutrisno yang ternyata lebih besar dibanding milik pacarnya,
pikiran nafsunya tanpa sadar membayangkan apakah ia mampu untuk mengulum penis
itu dalam mulutnya atau membayangkan bagaimana rasanya bila penis itu menyerang
vaginanya. Dengan birahinya yang terus membara dan terus dijaga geloranya oleh
Sutrisno, Jenny dengan suka rela mengocok-ngocok penis raksasa Pak Sutrisno
itu, ia sudah tidak ingat akan bencinya dia terhadap pria tua berumur 60 tahun
itu. Sutrisno mulai mendesah-desah keenakan di antara kulumannya pada kedua
puting Jenny.
“aaaaaaannggghhhhh… pppaaaakkhh…… aaaaaaannggghh…” Jenny mencapai klimaks
sampai dua kali berturut-turut karena kocokan tangan Sutrisno, matanya makin
nanar dan bibir seksinya menyeringai seperti menahan sakit.
“Sekarang kamu isep punya bapak yaa..kamu kan jago kalo sama pacar kamu”
“ouuh..ngga ma..mau..ap… aauupphhh..mmmhh..” Jenny yang lemas akibat klimaks
tadi tak berdaya menolak saat Sutrisno menarik lehernya membungkuk ke arah
batang “Jenny” nya, tidak memperdulikan protes Jenny yang ia tau hanya pura-
pura karena sebenarnya sudah jatuh dalam genggamannya. Kini dengan dengan
bibirnya yang seksi dan lidah yang hangat lembut itu mulai mengulum batang
kemaluan itu.
“Oooh..enak sayaaang…kamu memang jago..sssshh…kamu suka kan..?” tanyanya
“mmmmmpph… sllluurpp..mmmmmm” hanya itu yang keluar dari mulut Jenny, yang
dengan semangat memainkan lidahnya menjilati dan menghisap penis Sutrisno. Aroma
dan rasa dari penis laki- laki itu telah menyihirnya untuk memberikan sepongan
yang paling enak.
“Bapak tau..kamu cuman cewek sombong yang sebenarnya punya jiwa murahan dan
pelacur… plaakk..!!” Jenny tersentak saat pantat bulatnya ditepak oleh Sutrisno,
mukanya merah dan marah tapi sebenarnya malah membuat dia makin terangsang dan
makin cepat ia mem- blow job penis Sutrisno. Belum pernah ia merasakan
birahinya dibangkitkan dengan cara kasar ini, tapi ia tau bahwa ia sangat
menikmatinya.
“Kurang ajar nih Pak Tua” gerutunya dalam hati dan ia menggigit gemas ke penis
Sutrisno yng membuatnya itu mengelinjang dan lidahnya makin cepat menyapu urat
di bawah penis itu.
“Ayo..sekarang kamu naikin penis aku..” Tanpa berucap Jenny mulai menaiki ke
atas tubuh tambun Sutrisno, dengan deg-degan menanti penis besar itu ia
menurunkan pinggulnya dengan dibantu tangan Sutrisno yang memegang pinggangnya
yang ramping.
“Ooooh..” Jenny mengerang saat ujung
“Kepala penis ” itu bersentuhan dengan bibir vaginanya dan mulai memasuki liang
surga. Kembali ia mengerang menahan sedikit sakit saat baru masuk sedikit,
liang vaginanya berusaha mengimbangi diameter penis Sutrisno itu.
“Enak kan sayang?”
“Hmmmmm…nggh…” Jenny hanya mengerang dan memjamkan mata menunggu penis itu
membenam ke dalam vaginanya. Tapi Sutrisno hanya menggesek- gesek liang vagina
Jenny itu dengan ujung kepala
“meriamnya”. Gadis itu menggoyang- goyang pinggul seksinya dan berusaha
menurunkan badannya, tapi Sutrisno tetap menahan pinggulnya sehingga tetap
belum dapat “menunggangi” penis Sutrisno.
“Hemmm…kenapa sayang? Udah ga sabar yaa ngerasain kontol bapak?”
“Huuh?..nggeeeh… aa..paahh…” Jenny ngga tau harus ngomong apa, masih tersisa
gengsi pada dirinya.
“Hehehe..masih sok alim uuh..kamu ya..? Kalo kamu mau kontol bapak, kamu harus
memohon dengan mengaku diri kamu itu cuman perek murahan dan lakukan dengan
seksi..” “aaahh…sssh..kenapa mes..ti gitu paakk…pleaaase…” Jenny sudah
benar-benar terangsang dan tidak bisa berfikir jernih lagi, dalam pikirannya
kini hanya penis Sutrisno saja. Sutrisno mendengus dan seperti hendak
memindahkan tubuh Jenny di atasanya, merasa perbuatan itu.
“Oouuh ooke..okeeh paaak… ngeh, tega bgt sih bapak…oouf paak, tolong masukin
kontol ba..ngeehh..bapak ke memekku paak, kentotin sayaaa ooh paakk…
akkuu..memang cewe murahan yang sok suci..nggeh..pleease..paakk..akuuu
mohooon…” pinta Jenny memelas sambil meremas-remas kedua payudaranya.
“Hehehehe…kamu tergila- gila ya sama kontol bapak..”
“Iyaa ppaakkh… please..aku ga tahaaan paakk…”
“Kontol pacar kamu ga ada apa- apanya kan?”
“oouuh..jauuh pakkk..punya bapak lebih hebaat dan enaaaakk”
“Hehehe..good…ini dia hadiahnya..” Sutrisno lalu menarik ke atas tubuh Jenny
dan menurunkannya kembali, dengan diiringi erangan Jenny merasakan penis itu
makin dalam masuknya dan sulit ia menahan diri untuk tidak klimaks yang keempat
kalinya. Jenny kembali menaikkan badannya dan menurunkan kembali sehingga sudah
¾ penis itu diemut vaginanya. Gerakannya diulangi berkali-kali, awalnya
perlahan tapi makin lama makin cepat karena vaginanya sudah bisa
“menerima” penis berukuran di atas rata-rata itu. Gadis itu sudah benar-benar
dikuasai nafsu birahinya dan ia merasa terbang ke awang-awang merasakan
gesekan-gesekan penis Sutrisno dengan dinding vaginanya. Tidak sampai 5 menit
Jenny sudah merasakan akan keluar lagi.
“Ouuh..gilaaa..paaakkh.. oouuuhhhhhhhhh..” Jenny mencapai klimaksnya lagi dan
ia terus bergerak naik turun menunggangi penis yang masih perkasa itu. Buah
dadanya yang besar menggantung itu bergerak naik turun mengikuti irama gerakan
badannya, dengan nikmat Sutrisno meraup gumpalan daging kenyal itu dan meremas-
remasnya dengan gemas. Dengan liar ia terus menunggangi penis itu, diiring
dengan bunyi
“plok..plok..plok..plok..” yang makin cepat akibat beradunya badan Jenny dengan
perut buncit tubuh Sutrisno. Hampir 15 menit Jenny menikmati permainan penis
itu, dalam periode itu Jenny sudah mencapai orgasme sampai 4x lagi, ia tidak
dapat menahan untuk tidak melenguh dan berteriak nikmat. Pikirannya sulit untuk
fokus bahwa ia telah dibuat klimaks oleh seorang laki- laki yang pantas jadi
ayahnya. Ia merasa lemah sekali akan nafsu yang menguasainya, tapi sungguh
terasa nikmat sekali yang tidak mampu ditolaknya. Sutrisno juga sudah hampir
mencapai puncaknya, penisnya telah mengeras sampai maksimal dah hal ini juga
dirasakan oleh Jenny, ia mempercepat gerakan naik turunnya yang menyebabkan
buah dada montoknya bouncing naik turun makin cepat.
“Uuuaaahh… gilaaaaa… ooouuuhhh…” akhirnya Sutrisno tidak dpt menahan lagi,
spermanya muncrat seiring dengan klimaksnya yang ternyata berbarengan dengan
klimaks yang sangat kuat dari Jenny. Sutrisno merasakan dinding vagina Jenny
yang hangat itu bergetar menambah kenikmatan klimaksnya. Dengan lunglai Jenny
turun dari tunggangannya dan rebah di samping Pak Sutrisno yang juga masih
merem melek habis menikmati tubuh gadis cantik dan sexy itu.
“Kamu memang hebat hebat cantik…”
“Cukup pak..ngeh, aku ga tau kenapa bisa kaya gini tadi..ini harusnya gak
terjadi, cukup sekali ini terjadi” Jenny yang sudah mulai jernih pikirannya, ia
kini sangat menyesali bahwa ia menyerahkan dirinya secara sukarela kepada
Sutrisno. Ia memutuskan untuk pindah kost dan kejadian tadi harus dikubur
dalam-dalam, tidak boleh ada yang tahu. Melihat Jenny yang mulai membereskan
bajunya dan hendak pergi, Sutrisno bergerak cepat. Ia memegang leher belakang
Jenny yang sedang membungkuk hendak mengambil cdnya lalu dengan cepat
membenturkannya ke meja kayu yang ada di depan mereka duduk.
“uuuugghhh….” kerasnya benturan itu membuat ia setengah pingsan.
“hehehe..ga secepat itu sayang..kamu akan jadi milikku..” Sutrisno lalu menarik
tangan Jenny dan gadis itu pasrah saja dibawa dengan setengah sadar masuk ke
kamar Sutrisno. Lalu setelah melepas sisa bajunya, ia merebahkan tubuh
telanjang yang masih lemas itu ke atas ranjangnya. Lalu ia mengikat kedua
pegelangan kaki dan pergelangan tangan Jenny ke ujung ranjang besi, sehingga
kini tubuh telanjangnya itu dalam posisi kaki yang mengangkang lebar.
“uuuh..apa-apaan inih…lepasin paak…”dengan suara masih serak dan lemah Jenny
berontak dengan percuma, ia mulai takut apa yang hendak dilakukan. Melihat
posisi dan kondisi Jenny yang menggairahkan itu, Sutrisno tidak tahan lagi ia
membungkuk lalu menciumi payudara montok dan memainkan lidahnya mengecupi
puting Jenny yang sebentar saja langsung mengeras.
“Ouuh..pak..! lepasin saya pak… kalo ngga sa…aauupphh… mmbbllllmmmmm…” Jenny
tidak dapat melanjuntukan omongannya karena ditutup lakban oleh Sutrisno. Kini
kesadaran Jenny sudah mulai pulih, ia masih terus berusaha memberontak untuk
melepaskan ikatan kaki dan tangannya tapi ikatan itu sungguh kuat. Ia mulai
takut karena kini ia tidak berdaya dan berada dlm kekuasaan Sutrisno. Pandangan
matanya mengikuti Sutrisno seperti mata kelinci yang sedang ketakutan melihat
serigala yang akan memangsa, dan air matanya mulai meleleh di pipinya.
“Eeeiih..kenapa nangis cantik? Aku paling ga suka liat cewe nangis…tapi
sekarang kita liat film dulu ya…”ujar Sutrisno sambil memasang kabel
menghubungkan dari handycam ke tv. Lalu ia mulai menyetelnya. Mata Jenny
terbelalak kaget saat melihat tayangan video di layar tv, jantungnya serasa
akan copot dan kepalanya tiba- tiba pusing mendadak melihat adegan per adegan
dari video itu. Ternyata kejadian di sofa ruang tengah tadi semuanya direkam
oleh Sutrisno dari tempat tersembunyi, terlihat jelas saat ia melihat dirinya
mulai merasakan gatal yang menyerang, mulai mencopoti bajunya dan sampai kejadian
dia berhubungan sex dengan Sutrisno. Perasaannya makin hancur saat ternyata
Sutrisno tidak hanya merekam dari 1 sudut saja, terdapat 4 handicam tersembunyi
yang merekam seluruh kejadian.
Bahkan saat ia memohon kepada Sutrisno untuk
mengobok- obok vaginanya dan pengakuan dia sebagai cewek murahan juga terdengar
jelas. Wajah gadis yang cantik itu jadi pucat dan tubuhnya bergetar, ia sudah
menduga apa yang akan diminta oleh Sutrisno dengan adanya video itu.
Perasaannya geram, marah, benci, takut dan lain-lain bercampur aduk, kini ia
hanya dapat menangis. Terlihat jelas bagaimana wajahnya menunjukkan dirinya
menikmati setiap detik permainan panas itu dengan aki-aki tambun yang sudah
tua.
“Percuma kau menangis..kini kamu akan merasakan akibatnya karena selama ini
menjadi cewek sombong yang sok suci. Bapak tau apa yang kamu lakukan sama pacar
kamu selama ini, nah..sekarang kamu harus nurut apa yang bapak mau, kalo ngga
bapak jamin film ini akan nyebar kemana-mana, kamu ngerti…??” tegas Sutrisno.
Jenny hanya mengangguk lemah dengan pandangan sayu.
“Sekarang yang aku minta kamu tidak boleh nangis selama kamu melayani
saya..bisa..?? kalo tetap nangis kamu akan terima hukuman yang berat..” Kembali
Jenny hanya mengangguk dan berusaha menahan air matanya. Ia berusaha meyakinkan
dirinya bahwa akan ada jalan keluar nantinya. Tanpa sadar ia membayangkan
kejadian tadi, dan ia teringat akan ukuran penis Pak Sutrisno yang memang di
atas rata-rata. Dengan pikiran itu tanpa dapat dicegah terasa desiran-desiran
halus di perutnya dan ia merasa putingnya agak mengeras.
“Sayang…yang punya penis si Sutrisno itu..” pikirnya. Jenny melotot kaget
saat Sutrisno mengambil sesuatu dari lemari yang ternyata merupakan dildo
vibrator yang berukuran panjang. Sutrisno kini duduk di ranjang di dekat
kakinya yang ngangkang itu, memperlihatkan vaginanya yang terbuka menantang,
lalu ia mengusap dengan tangannya yang mengakibatkan Jenny terhentak.
“Kayanya udah basah nih..udah siap yah..” goda Sutrisno, lalu ia membungkuk dan
wajahnya kini sudah di depan liang surga milik gadis cantik itu, tiba-tiba
Jenny menggelinjang saat lidah Sutrisno menciumi dan menjilati vaginanya. Untuk
beberapa saat Jenny menggelinjang-gelinjang, nafasnya kembali memburu dan
pandangan matanya sayu. “Ngggeehhhhhhhh…!” Jenny menjerit dengan mulutnya yang
tertutup lakban, saat Sutrisno memasukkan dildo ke dalam lubang kemaluannya
yang sudah basah dan ngilu itu dan terus mengerang karena dildonya makin dalam
ditusukkannya.
Kembali ia menggelinjang hebat saat Sutrisno menyalakan
vibartornyanya. Terasa sakit, tapi setelah beberapa menit rasa sakit itu
berangsur-angsur menghilang tergantikan dengan sensasi kenikmatan yang belum
pernah ia rasakan atau pernah ia bayangkan. Kini erangannya terdengar seperti
rintihan kenikmatan diiringi dengusan nafasnya yang memburu. Jenny melenguh
panjang dan pelan, merasakan tubuhnya makin panas dan terangsang. Rasa
menggelitik di perut bag bawah makin menggila dan menggelora. Dengan rasa malu
dan kaget, ia mencapai klimaksnya dengan sensasi yang luar biasa..”
“nngggggghhhhh… mmmmmmmmmmhhhhh…..!!!!” Tubuh montoknya menegang sesaat ketika
klimaksnya menyerang, pandangan matanya makin sayu. Tapi dildo itu tetap
bergetar seperti mengoyak- ngoyak bag dalam vaginanya, dan rasa nikmat kembali
dirasakan makin meningkat, nafasnya memburu dan kini pikirannya sudah tidak
terkontrol, nafsu birahinya terus membara karena dildo itu.
“Naah..kamu seneng aja ya ditemenin ama dildo bapak ya… tenang aja, getarannya
akan makin keras kok udah saya setting dan bapak colokin ke
listrik..hehehe..bapak mau bikin back up untuk film kamu tadi ya..” kata
Sutrisno, ia hanya ketawa melihat Jenny memandangnya dengan tubuh telanjangnya
yang menggeliat- geliat, tubuh montok yang tampak berkilat karena keringat.
Sutrisno makin tertawa karena Jenny mengerang lagi karena telah orgasme untuk
kesekian kalinya, lalu ia meninggalkan Jenny yang terus mengerang- erang karena
getaran dildo itu. Tidak terhitung berapa kali Jenny dipaksa untuk orgasme,
tubuhnya mengkilat karena basah oleh peluhnya, gadis itu merasa lemas sekali
tapi dildo yang menancap di vaginanya memaksa dia untuk terus dirangsang.
Akhirnya karena tidak kuat lagi, gadis malang itu jatuh pingsan.